08#

470 27 1
                                    

•°•
H O M O P H O B I A
°•°

Aku tidak pernah mengerti jalan pikiran kakak ku sendiri, dia selalu melakukan apapun yang menurutnya baik untuk ku tapi, yaa, buruk untuk orang lain.

Seperti sekarang, ditemani setoples pop corn di pangkuanku dia mengunciku di kamar bawah tanah bersama dengan seorang gadis yang tengah menangis dalam keadaan hanya memakai pakaian dalam saja. Tangan dan kakinya yang terikat, mulut nya di bungkam dengan kain hingga suara tangisnya terendam meski tidak sempurna.


Gila? Tidak juga. Kakak perempuan ku hanya memiliki pemikiran yang agak unik dan di luar nalar dari kebanyakan orang yang pernah ku temui. Well, mau seperti apapun kakak perempuan ku itu, aku tetap mengagumi nya. Dia pintar, kelewat pintar sampai-sampai tidak pernah gagal sekalipun dalam mendapat kan apa yang dia mau.

"Popcorn mu sudah habis, mau sampai kapan kamu melamun?"

Pertanyaan itu berasal dari speaker yang berada di pojok ruangan, aku menoleh ke arah camera yang berada di sebelah speaker itu. "Aku harus apa?"

"Ck, bukankah sudah kubilang tadi? Kamu harus membuktikan jika kamu itu lurus Bintang."

Aku meletakan toples kosongku ke lantai, lalu menjawab ucapanya yang terdengar seperti gerutuan, "aku ingat kak, tapi harus apa? Tolong jelaskan sedetail mungkin, kakak tahu kan aku tidak sepintar kakak."

"Bohong banget! Ck, kakak tahu kamu tidak setolol itu sampai harus di jelaskan secara detail.!" Suaranya terdengar marah, itu yang ingin ku dengar. Seperti kata nya, aku memang tahu apa yang harus ku lakukan, hanya saja menyenangkan rasanya bisa membuat kak Bulan kehilangan kontrol emosinya.

Sejauh ini kak Bulan adalah manusia paling manipulatif dan penuh kepalsuan yang pernah aku temui. Aku yang adik kandungnya saja kadang kesulitan membedakan kepalsuannya.

Suatu kesenangan bisa membuatnya marah.

"Baiklah akan aku mulai. Ngomong-ngomong siapa namanya?"

"Erika."

"Ah, Erika." Ulangku. Aku bangkit dari dudukku di sofa, dan mulai melepas pakaianku satu persatu sambil terus melangkah mendekati ranjang.

Jujur, saat ini aku merasa seperti bintang porno. Dan kakak ku sendiri sebagai penonton eksklusif satu-satunya. "Aku harap kakak tidak tergoda melihat tubuh telanjang ku yang seksi."

"Hmm, terus lah berkhayal dengan kemustahilan itu. FYI tipe ku pria berkulit tembaga, bukan putih pucat seperti vampir."

"Ya, ya, ya. Berhenti mengajakku berbicara, biarkan aku fokus membuktikan kenormalan ku," ujarku sebal. Huh... siapa pula yang tidak sebal jika orang yang sangat kau kagumi menyukai hal yang berbanding terbalik dengan dirimu sendiri.

"Ku bunuh kalian jika tidak sesuai ekspektasi ku." Setelahnya aku tidak lagi mendengar suaranya dari speaker itu. Jangan pernah menganggap ancaman kakak ku sebagai bualan, karena dia pasti akan melakukan hal itu jika sampai keinginan nya tidak sesuai.

Belakangan ini kakakku menaruh kecurigaan padaku mengalami penyimpanan seksual hanya karena aku tidak pernah dekat dengan gadis manapun. Sejak dulu dia sangat antipati dengan semua hal yang merajuk ke hubungan sesama jenis. Ketakutan dan rasa bencinya pada hal itu semakin menjadi karena perceraian orang tua kami yang di sebabkan oleh mama yang berselingkuh dengan sesama perempuan.

LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang