STILL LOVE
#####'Aku masih hidup ternyata.'
Kalimat itu lah yang pertama kali terlintas di benakku satu jam lalu. Dan sejak mataku terbuka, aku hanya bisa berbaring. Aku tidak tahu dimana aku sekarang ruangan ini terasa asing bagiku, tubuhku terlalu lemas di gerakkan untuk mencari tahu itu.
Aku yakin ini bukan rumah sakit, melainkan kamar pribadi orang yang menyelamatkanku, karena tidak ada peralatan rumah sakit sama sekali . Aku bahkan tidak di infus.
Samar-samar aku bisa mendengar suara kicauan burung di balik jendela yang tertutup gorden. Ruangan tempatku berada benar-benar tertutup. Jika saja tidak ada jam dinding, aku tidak bisa menebak sekarang itu pagi, siang, atau sore.
Mataku yang sedari tadi memindai ruangan ini, kini terfokus pada salah satu pintu yang di buka seseorang.
Nafasku tertahan saat mengetahui siapa orang yang membuka pintu, dengan susah payah aku beringsut duduk mencoba memindai nyata atau hanya ilusi.
Beberapa detik kami saling memaku satu sama lain. Dia memberikan tatapan yang sulitku artikan, sedangkan aku tidak bisa mengontrol mataku yang kini memberikan tatapan rindu mendalam padanya.
Waktu terasa berjalan begitu lambat saat dia melangkah mendekatiku. Detak jantung ku semakin tak terkendali tepat ketika otakku sudah sepenuhnya yakin jika dia nyata.
Dari sekian banyaknya kemungkinan orang yang menyelamatkanku, dia menjadi orang yang tidak ada dalam kemungkinan terakhir. Tapi faktanya, dia lah orang yang menarikku dari ambang kematian.
"Ryan." Aku memanggil namanya dengan suara tercekat. Ryan membeku sesaat sebelum akhirnya dia menyodorkan segelas air putih yang ia bawa.
"Kau menyelamatkan ku," ucapku setelah meminum air pemberiannya hingga tandas. Aku menunduk menatap gelas kosong di pangkuanku, aku tidak berani melihat responnya.
Ryan terlihat berbeda, sekali lihat saja aku langsung menyadari jika pria di hadapanku terlihat semakin dewasa dengan aura yang bisa membuat wanita manapun bertekuk lutut padanya.
Dengan kurang ajarnya sekelebat ingat aku berciuman panas dengannya saat masih berpacaran muncul begitu saja. Kepalaku semakin menunduk saat pipiku terasa panas. Memalukan! Dari sekian banyak kenangan kenapa aku malah mengingat hal itu.
'Lily kamu benar-benar tidak tahu diri' makiku dalam hati.
"Sepertinya kamu sedih karena tidak bisa menyusul suamimu."
Kepalaku langsung mendongkrak, berhadapan dengan wajahnya yang begitu dingin dan sinis. Mulutku terkunci rapat tidak menyanggah perkataannya yang berkebalikan dengan faktanya. Tapi setelah mendengar ucapannya, membuatku seolah ditampar oleh fakta jika aku pernah menyakitinya begitu dalam.
"Kau tahu apa yang paling menyedihkan dari hidupku? Dengan bodohnya aku masih berharap pada orang yang bahkan sudah melupakanku."
Air mataku mengalir begitu saja, meski menunjukkan wajah datar tapi dia berterus terang dengan tatapannya. Aku yang sudah mengenalnya bertahun-tahun bisa melihat dengan jelas sorot kesedihan di kedua mata indahnya itu.
Ryan mengusap wajahnya dengan kasar, dia menghempaskan dirinya ke single sofa samping ranjang , "kenapa kamu menangis? Sedang mengasihani ku hmm? Atau mungkin sedang merindukan mantan suamimu?"
"Ryan___"
"I love you Lily." Terjadi keheningan diantara kami, dia diam dengan segala pemikirannya dan aku diam dengan keterkejutanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE
Short Story18+ Sisi gelap dari cinta. Mereka penuh keegoisan. Cinta berlebihan itu tidak baik. {(Rate:18+) terdapat adegan dewasa, kekerasan, bahasa kasar, gore, fantasi, horor, pembunuhan, dan lain sebagainya.} Tamat di 1-3 chapter. (Ini kumpulan cerpen) C...