04~

542 55 0
                                    

~ B A D ~
*****

"Lo putus sama Adit?"

"Iya," jawabku tanpa menoleh karena malas jika ada yang menyebutkan nama itu. Fokusku tetap pada televisi yang menampilkan berita pembunuhan di hotel.

June menghempaskan tubuhnya pada sofa sampingku. Aku menoleh sekilas padanya, dia masih memakai almamater kampus—- wajahnya terlihat lelah dan kesal secara bersamaan.

"Kenapa?"

Keningku mengerut sebelum akhirnya mengendikkan bahu tak acuh, "Dia selingkuh dari gue."

June mendengus kesal.

"Risih gue, lo yang mutusin dia, gue yang kena teror di kampus,"

"Abaikan, kalau berisik tinggal pake headset."

"Ngomong gampang."

"Memang." Setelah mendengar jawaban yang mungkin terdengar menyebalkan baginya, June beranjak ke kamarnya.

*#*#*#*

'Kriniiigggg'

Lonceng yang menempel pada pintu berbunyi, bersamaan dengan dibukanya pintu. Etham berhenti mengedarkan pandangannya saat melihat aku melambaikan tangan ke arahnya.

"Sorry telat, tadi kejebak macet di lampu merah." Etham menarik dan duduk di kursi tepat di depanku.

"Santai aja kak."

"Kamu udah pesan makan?" Tanya kak Etham dengan senyum tipis yang membuat mataku terasa silau akan ketampanannya.

'Kok ada yah orang sesempurna dia?'

"Udah tapi belum dateng-dateng dari tadi."

"Sorry," sesalnya dengan wajah meringis. Aku hanya bisa tersenyum canggung saat sadar jika ucapanku sebelumnya terdengar seperti sindiran secara tidak langsung pada Etham yang terlambat.

Etham langsung memanggil pelayan dan memesan makan dan minumannya.

Dalam hati aku masih tidak menyangka bisa jadi berteman dekat dengannya setelah pertemuan tak sengaja kami di taman sebulan lalu. Saat itu kupikir dia orang yang sudah terbiasa dengan berbagai macam pujian dan sulit didekati. Tapi nyatanya tidak, wajah cowok tampan di hadapanku ini mudah sekali memerah jika aku menggodanya, dan dia pribadi yang hangat juga agak pemalu.

Dan hari ini adalah pertemuan ke-3 kami setelah pertemuan pertama. Yang kedua kami tidak sengaja berpapasan di tempat joging seminggu yang lalu.

"Kak Etham."

Etham langsung meletakkan ponselnya di meja begitu aku memanggilnya, "Iya kenapa?"

"Kakak udah punya pacar?"

Dia terlihat terkejut dengan apa yang aku tanyakan, Etham memalingkan wajah dengan tangan kirinya yang menutup pipi dan setengah bibirnya. "Belum," jawabnya lirih yang masih bisa di dengar oleh ku.

'ya Tuhan kuatkan hamba mu ini!' batin ku menjerit.

"Se-serius gak punya pacar?" Aku melipat tangan di meja dengan wajah sedikit condong padanya.

Etham menggigit bibir bawahnya, ia kembali menatapku dengan wajah yang masih memerah, "lebih tepatnya belum pernah."

Aku langsung melongo mendengar pengakuannya.

LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang