01~

2.2K 123 0
                                    

* ~ T I T I P A N ~ *
~=~


Dengan malas aku membuka kelopak mataku, cahaya silau lampu membuatku mengerjapkan mata. Hal selanjutnya yang kulihat adalah sepasang mata biru indah yang sering kurindukan. "Bodoh!" makinya lirih.

Aku mengernyit heran mendapati diriku berada di ranjang dengan Ben yang duduk di sampingku. Seolah mengerti kebingungan ku Ben kembali berkata dengan kemarahan yang tidak ia tutupi, "bisa-bisanya kamu tertidur di bathtub! Kamu ini bodoh atau bagaimana sih! Entah apa yang akan terjadi jika aku tidak kembali lagi kesini."

"Maaf kan aku..." aku menunduk menyesal akan kecerobohanku, meski hatiku terusik saat dia menyebutku bodoh____ Eh, tunggu, sejak kapan aku memakai gaun tidur? Bukankah tadi aku ketiduran saat mandi. Mataku melotot seketika akan kemungkinan yang ada di otakku. Ku edarkan pandanganku ke sekitar, disini hanya ada aku dan dia. Berarti....

Oh my God! Berarti Ben yang memakaikan pakaianku, dan otomatis ia juga melihat tubuh telanjang ku?! Aaaaaaa ini memalukan, batinku berteriak.

Tanpa dikomando aku menaikan selimut hingga menutupi seluruh wajahku yang mulai terasa panas. Aku merasakan tarikan kasar pada selimut yang menutupiku, tentu saja Ben pelakunya.

Mataku melebar saat pandangan mata kami bertemu, segera aku menarik bantal yang berada dibawah kepalaku untuk menutupi wajahku sendiri. Serius aku malu sekali.

Dalam hati aku mengutuknya!

Lagi-lagi barang yang aku gunakan untuk menutup wajah direbut paksa oleh Ben. "Kenapa kamu menghindari tatapanku?!" Tanyanya dengan nada membentak. Tangannya yang tadi melempar bantalku ke lantai, beralih mencengkram rahang ku.

Semakin aku menghindari tatapannya semakin kuat pula cengkeraman dirahangku, mau tak mau aku memberanikan diri menatapnya. "sa-sakit... Ben..." Rasa malu ku berubah jadi ketakutan seratus persen. Siapapun tolong ingatkan aku jika Ben telah berubah menjadi pria kasar dan kejam.

"Bukankah aku sudah bilang sebelumnya?" Ben mengucapkannya dengan nada rendah, membuatku merinding seketika. Nada rendah Ben terdengar lebih menyeramkan dibandingkan bentakannya.
Dia mengusap lembut rahangku-- tepat pada denyutan rasa sakit bekas cengkeramannya. "Selama kamu menuruti semua perkataan ku, maka aku tidak akan menyakitimu. Aku harap kamu tidak akan pernah melupakan kalimat itu."

Aku mengangguk kaku dalam posisi yang masih terlentang di bawah kukungannya. "I-iya Ben," cicitku setelah mendapati matanya menajam karena aku hanya mengangguk.

Ben tersenyum puas, pandangan matanya mulai melembut. Pemilik bulu mata tebal itu mulai mendekat, mengikis jarang diantara kami.

Bibir dengan warna merah alami itu telah sepenuhnya menempel pada bibirku. Perbuatannya benar-benar tidak terduga! padahal sebelumnya Ben terlihat marah padaku. Dan sekarang dia melumat bibirku?!

Apa dia memiliki kepribadian ganda? Semenit yang lalu dia membentak ku, dan sekarang dia malah mencium bibirku dengan mesra.

Aku hanya bisa melotot dan diam ditempat--tidak tahu harus berbuat apa disituasi seperti ini ditambah ini adalah ciuman pertamaku.

Aku minim pengalaman!

Ben melepaskan tautan bibir kami, ia menatapku penuh arti dengan jarinya masih setia mengusap rahangku. "Tutup matamu saat kita berciuman," ucapannya serak, entah dorongan dari mana yang membuat aku langsung mengagguk.

Dengan perlahan mataku tertutup saat Ben kembali mengikis jarak. Dia kembali mencium bibirku, menyesap bibir bawah dan atas ku bergantian. Tanganku meremas kuat sprei tidurku-- berharap bisa menyalurkan debaran jantungku yang semakin menggila. Ciuman itu semakin lama semakin menuntut. Sesaat tubuhku menegang saat merasakan benda lembut yang mulai bergerak membelai bibir dan lidahku. Jujur saja sebelumnya aku sering merasa jijik saat melihat temanku berciuman menggunakan lidah, tapi yang Ben lakukan padaku semakin lama semakin membuatku hanyut dalam permainan lidahnya. Aku menikmatinya.

LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang