* ~ B A D ~ *
#####
"Please... lepaskan saya dok. Saya ingin pulang, keluarga saya pasti khawatir, keluarga saya pasti sedang mencari saya," aku terus memohon padanya sedari awal dia datang ke kamar ini. Tapi dia tidak pernah menggubris sekalipun permohonan dan rengekanku.Lagi-lagi yang bisa kulakukan hanya menangis sambil terus memohon agar rantai pada kaki kiri dan tangan kananku dibuka.
Tubuhku masih terlalu lemah untuk melawan.
'Aku takut.'
Dokter perempuan yang bahkan aku tidak tahu siapa namanya, selalu datang begitu aku bangun tidur. Dia memberikanku makan dan minum, merawat luka-luka ku. Dia juga yang membersihkan tubuh dan mengganti pakaianku setiap harinya. Bahkan buang airpun dia membantuku.
Aku benci pada diriku sendiri yang tidak bisa berbuat apa-apa.
Seberapa banyak pun aku memohon dengan tangisan, dan seberapa sering aku bertanya , dia tetap menulikan telinganya padaku. Apapun yang keluar dari mulutku tidak pernah sekalipun ia gubris.
Setelah melepaskan infus yang sebelumnya tertancap di tangan kiriku, dokter yang menjadi satu-satunya harapan agar bisa keluar dari ruangan ini telah pupus. Dokter itu pergi meninggalkan ku sendirian seraya membawa sobekan baju kotorku dan semua alat-alat medis di ruangan ini.
"Buka pintu," ucapnya datar setelah menempelkan kelima jarinya pada kotak hitam yang menempel pada pintu.
Aku ingin mengejarnya begitu pintu terbuka, tapi itu hanya selalu berakhir menjadi keinginan semata.
Setiap saat aku dirundung putus asa dan ketakutan dengan segala praduga buruk yang akan datang. Sudah tujuh hari berlalu sejak aku membuka mata setelah kecelakaan itu terjadi, aku tetap dikurung di tempat ini tanpa tahu apapun.
Dengan susah payah aku berusaha duduk dan bersender pada kepala ranjang. "Pengen pulang..."
Lagi-lagi air mataku mengalir dengan deras.
"Papa.....Kak June.....Siah..... Tolong Indy....hiks.... siapapun tolong Indy." Aku mengambil bantal untuk menyembunyikan tangisan ku yang semakin menjadi.
Sulit sekali untuk tetap berpikir jernih di situasi seperti ini. Otakku beku memikirkan bagaimana cara agar bisa keluar dan pulang ke rumah.
Hal yang terpikir saat ini adalah aku ingin segera pulih dari luka-luka akibat kecelakaan sebelumnya. Mungkin jika sakit di tubuhku hilang, pikiranku bisa menemukan jalan agar terbebas dari ruangan ini.
Aku tidak boleh bertindak gegabah.
Aku harus bersabar dan berteman sementara dengan semua hal tidak masuk akal ini.
*#*#*#*
Tidurku terusik.Aku merasakan kekangan dingin pada kedua tangan dan kakiku.
Tubuhku langsung tersentak begitu merasakan sentuhan pada wajahku. Aku sudah terlepas dari alam bawah sadar sepenuhnya.
Aku yakin sudah membuka mataku, tapi kenapa semuanya tetap gelap? Sedetik kemudian aku menyadari jika mataku ditutup dengan kain.
Aku kembali merasakan sentuhan pada wajah, tubuhku berontak seketika tanpa memperdulikan rasa sakit pada pergelangan tangan dan kakiku, aku tetap berusaha menjauh sejauh mungkin. Tapi hanya kesia-siaan yang aku dapatkan. Aku tidak bisa menjauh lebih dari 5cm karena kedua tangan dan kakiku terkekang benda besi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE
Short Story18+ Sisi gelap dari cinta. Mereka penuh keegoisan. Cinta berlebihan itu tidak baik. {(Rate:18+) terdapat adegan dewasa, kekerasan, bahasa kasar, gore, fantasi, horor, pembunuhan, dan lain sebagainya.} Tamat di 1-3 chapter. (Ini kumpulan cerpen) C...