°~THE KISS~°
•-•°•-•Aku membuka mataku setelah mendengar suara bisikan Luc di telingaku. Wajah cantik Luc menjadi hal pertama yang aku lihat saat membuka mata. Aku tersenyum lebar saat Luc memberikan ciuman selamat paginya pada ku.
"Ace bisakah antarkan sandwich buatanku ke tetangga kita?"
Jantungku berdebar mendengar permintaannya, untuk pertama kalinya setelah kami tinggal bersama dia meminta sesuatu padaku tanpa nada perintahnya. Aku beringsut duduk lalu mengangguk, "aku ke kamar mandi dulu."
"Siang ini kita kembali ke mansion."
Langkahku yang hendak memasuki kamar mandi terhenti. "I-iya," jawabku seraya kembali melangkah ke kamar mandi, untuk cuci muka dan sikat gigi.
Jujur saja aku lebih suka tinggal di apartemen sederhana yang kami tempati sejak seminggu lalu di banding kan dengan mansion mewah milik keluarganya. Di apartemen ini aku merasa bebas dengan Luc, sedangkan saat tinggal di mansion keluarganya aku kembali menjadi pengecut yang tidak berani keluar kamar sendirian, karena takut bertemu orang tua Luc.
Meski kedua orang tuanya tidak pernah mengatakan apapun, aku tetap bisa mengartikam pandangan mereka yang menatapku seperti hama yang dapat merugikan putri kesayangan mereka. Ironisnya mereka memang benar, aku adalah hama bagi kehidupan sempurna Luc. Aku tetap lah seorang pengecut yang memilih menghindar dari tatapan mereka membuat ku kembali mengingat kenyataan jika suatu hari nanti Luc pasti membuangku.
Aku sudah ketergantungan pada Luc sejak pertama kali dia menciumku membuat mimpi buruk ku tidak lagi kurasakan.
Aku segera keluar dari kamar mandi begitu semua urusanku telah selesai.
Luc menyodorkan paper bag berukuran lumayan besar ke arahku. "Berikan masing-masing satu bungkus sandwich ke tetangga kita di lantai ini. Untuk pintu nomor 50 berikan yang ada staples di bungkusnya nya, dia tidak suka pedas soalnya."
Aku mengambil alih paper bag nya sambil mengangguk mengingat semua perkataan Luc.
"Jangan lupa gunakan masker dan topi saat keluar."
"Iya Luc," jawabku sambil tersenyum. Luc selalu memintaku memakai masker dan topi sejak tinggal disini karena dia bilang merasa cemburu jika orang lain melihat ku yang menurutnya sangat tampan jika tidak memakai seragam sekolah.
•-•°•-•
Badanku menegang kaku melihat penayangan berita di televisi yang menunjukan foto-foto korban saat masih hidup, dan aku mengenali hampir keseluruhan dari mereka. Mereka satu sekolah denganku.
Berita tentang kecelakaan tunggal bus yang mengangkut semua anggota football yang dalam perjalanan untuk melakukan pertandingan persahabatan di libur musim panas ini. Kecelakaan itu terjadi kemarin siang, di hari yang sama saat aku dan Luc memutuskan kembali ke mansion. Dugaan sementara kecelakaan itu terjadi karena kelalaian sopir yang mengemudi dalam keadaan mengantuk hingga kehilangan kendali dan meledak setelah terguling beberapa kali karena keluar dari jalur.
"Aku harap saat kalian berada dalam satu mobil, orang yang mengendarai mobil itu dalam keadaan mengantuk hingga kecelakaan tidak bisa di hindari dan kalian semua mati di tempat."
Kepalaku berdenging saat kalimat itu mendadak menggema di kepala ku. Tidak, ini pasti hanya kebetulan, tidak mungkin Luc yang seorang manusia bisa memberikan kutukan mengenai kematian orang lain.
"Ace kau kenapa?" Aku menatap Luc yang baru saja memasuki kamar. Aku menggeleng samar berusaha membuang jauh-jauh pikiran negatif ku.
Luc lalu mendudukkan dirinya di sampingku, matanya menatap lurus pada layar televisi yang masih menayangkan berita yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE
Short Story18+ Sisi gelap dari cinta. Mereka penuh keegoisan. Cinta berlebihan itu tidak baik. {(Rate:18+) terdapat adegan dewasa, kekerasan, bahasa kasar, gore, fantasi, horor, pembunuhan, dan lain sebagainya.} Tamat di 1-3 chapter. (Ini kumpulan cerpen) C...