BRRAAAKKK!!!!
Suara dobrakan pintu belakang membuat dua orang pria berotot itu terkejut dan langsung menoleh ke sumber suara begitu pula Lena. Bos menjijikkan dengan badannya yang berotot itu beranjak dari posisi nya yang semula berjongkok di depan Lena. Lena merasa sedikit lega, tapi ia malu dengan keadaan menjijikannya sekarang.
Angga menoleh ke arah Lena dan memberikan senyuman tipis seakan berbicara semua akan baik baik saja.
Lena yang melihat hal itu merasa sedikit tenang, namun ia tetap cemas "bagaimana jika angga tidak bisa melawan dua orang itu, bagaimana jika angga terluka." Lena pun semakin cemas namun ia terikat dan tidak bisa melakukan apa apa.
"HEHH! SIAPA LO?!" teriak bos bajingan itu.
"Dih bocah tadi sore aja belagu banget lo." ucap pria lainnya menyahut.
Angga tidak suka basa basi, berani beraninya mereka menyentuh sahabatnya sampai menangis bahkan diikat seperti seorang tawanan. Emosi Angga semakin berapi api.
BUUUGHH
Angga menonjok wajah bos sialan itu sehingga membuat pria itu meringis dan memegangi dagunya yang berdenyut nyeri, anak buah nya pun ikut maju dan menojok Angga, beruntung Angga punya reflek baik, Angga berhasil menghindar dan kemudian memutar lengan pria itu kebelakang, mengunci posisinya.
"Aarghh," erang pria itu setelah terdengar bunyi krek dari engsel lengannya.
"Sialan lo! Berani beraninya nyentuh Lena!" teriak Angga yang mulai terbakar emosi kemudian melempar pria tadi ke sembarang arah.
"Heh bocah! Gausah belagu lo!" balas bos itu kemudian menonjok muka Angga, kali ini Angga tidak sempat menghindar dan mengakibatkan ujung bibirnya sobek dan meneteskan darah.
Tidak mau banyak bicara, Angga menatap pria itu dengan mata sedingin es campur, mengarahkan pukulan kencang di sebelah telinga, namun bisa dihindari oleh pria itu.
Setelah mendapat senyuman meremehkan, Angga menendangnya sekuat tenaga di ulu hati, pukulan tadi hanya untuk pengecoh. Pria itu memuntahkan beberapa jatah sarapannya dan terkapar lemas di lantai sambil memegangi ulu hati nya yang nyeri.
Satu pria sudah Angga lumpuhkan, kurang satu lagi. Angga dan anak buah bos itu benar benar bergulat sampai babak belur, pria berotot itu sempat membuat Angga lemas karena pukulan kencang di pelipisnya, kepalanya pusing, telinganya berdengung. Angga yang terkapar di lantai lagi lagi menggunakan otak jeniusnya.
Angga terdiam sebentar dengan keadaan terkapar, disaat pria itu sudah tidak terlalu siap siaga, Angga menarik kakinya kencang dari bawah, membuat pria itu jatuh telentang, kemudian Angga langsung menindihnya dan menghadiahi banyak pukulan keras di wajah.
"Iya gue minta maaf gue pergi sekarang!" teriak bos itu yang sedang berusaha berdiri, masih sambil memegangi area perutnya.
Emosi Angga masih memuncak, percuma untuk menangkap orang-prang itu dan melaporkannya pada polisi, yang sekarang Angga pikirkan hanya Lena.
KAMU SEDANG MEMBACA
until I'm gone
Teen FictionPersahabatan yang terikat antara dua insan. apakah bisa berkembang menjadi rasa yang lebih meyakinkan? Bersama-sama menghadapi kerasnya kehidupan, dan tetap selalu ada untuk saling menguatkan. Remaja yang terkesan masih butuh arahan, namun tetap sem...