Seperti apa yang dikatakannya, Reza kini sudah ada di rumah Salwa untuk menjemput gadis itu. Cowok berpakaian casual itu sudah bertengger di motornya, sementara Salwa tengah bersiap.
Hingga beberapa menit kemudian, Salwa keluar dari rumahnya lalu terlihat sedang mengunci pintu. Reza berdiri saat Salwa kini berjalan ke arahnya.
"Mama lo ada?" tanya Reza.
Salwa menggeleng. "Keluarga gue lagi pada ke rumah Bibi," ujarnya.
"Yah... gara-gara gue lo gak ikut mereka, ya?"
"Eh, enggak. Santai aja. Gue juga gak mau datang ke sana."
Reza mengangguk-ngangguk mengerti. "Oh. Udah dikunci pintunya, kan?"
"Udah."
"Yaudah kalau gitu. Ayo berangkat!" Salwa mengangguk menjawabnya. Keduanya lalu naik ke motor dan memasang helm. Setelah itu Reza melajukan motornya menuju tempat tujuan.
****
"Kamu sebenernya mau kemana, sih?"
Tanya yang terdengar kesal itu masuk ke telinganya. Namun kalimat yang sudah terulang beberapa kali itu tak kunjung ia jawab. Karena, ia pun tak tahu tujuannya kemana.
"Jeff! Lama-lama aku mabok angin."
"Bentar, Jen. Bentar lagi nyampe."
"Daritadi bentar lagi, bentar lagi."
Jeff menghela nafasnya panjang. Ia tahu pasti gadis yang ia bonceng sekarang sangat kesal. Pasalnya sudah lebih dari 2 jam mereka tak sampai di tempat tujuan. Setiap wisata yang ada di daerahnya juga didatangi satu per-satu. Tidak sampai masuk, hanya datang ke parkirannya saja setelah itu pergi. Pantas saja Jennifer kesal.
"Kamu capek?"
Pertanyaan bodoh itu terlontar dari bibir tipisnya. Padahal dirinya juga sudah tau apa jawaban yang akan diterima.
Tak ada jawaban. Jeff yakin Jenni marah.
Karena tak mau membuat mood cewek itu bertambah anjlok, Jeff akhirnya belok ke salah satu tempat wisata yang kebetulan mereka lewati. Tak lagi memikirkan apa tujuannya dari awal. Yang penting Jenni tak akan bertambah marah.
Cukup lama Jeff berdiam setelah memarkirkan motornya di parkiran wisata tersebut. Ada memori di tempat ini. Ada potongan kisah yang kini sudah tak terangkai lagi.
Helaan nafas panjang keluar dari hidungnya. Hingga setelahnya ia meraih tangan Jenni sembari tersenyum. "Ayo masuk!"
****
"Maaf, ya, gue salah."
Salwa melirik Reza yang kini duduk di sampingnya. Raut pemuda itu terlihat bersalah, padahal Salwa rasa Reza tak melakukan suatu kesalahan besar.
"Yaelah, Za. Ngapain minta maaf? Cuma gini doang."
Reza sedikit memanyunkan bibirnya. "Gue salah baca, sih."
"Gak pa-pa kali, Za. Lagian masih ada wisata lain. Nih, di sini kita." Salwa tersenyum setelah mengatakan itu. Senyumnya seakan menyetrum pada Reza sehingga cowok itu ikut tersenyum juga.
Mereka kini berada di tempat wisata yang pernah Salwa kunjungi sebelumnya. Ternyata tempat wisata yang Reza maksud belum dibuka, dan baru dibuka minggu depan. Reza salah membaca, karena harinya sama-sama minggu.
Dan kini mereka berada di ayunan wisata tersebut. Ayunan yang sebenarnya tidak ingin Salwa naiki. Namun terpaksa karena Reza terlihat sangat ingin menaikinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex
Teen FictionHarusnya Salwa sadar, bahwa sejak awal dirinya tak pantas memiliki hubungan khusus dengan seorang Jeffery Dirga Alanta. Dirinya ibarat kerikil kecil yang sering ditendang, sementara Jeff adalah berlian dambaan orang-orang. Tak seharusnya ia terjebak...