14. Toko Es Krim

892 50 0
                                    

Salwa berdiri menatap toko yang cukup besar di hadapannya. Tatapannya beralih pada ponsel yang sedari tadi ia genggam. Toko Es Krim Sakura, Jl. Flamboyan No. 18. Alamat tersebut dikirim oleh Hellen yang mengatakan bahwa tempat tersebut sedang membutuhkan karyawan. Namun, Salwa tidak yakin tentang itu. Tidak ada bacaan apapun yang tertera di pintu atau jendela mengenai dibutuhkannya karyawan.

Helaan nafas keluar dari hidung Salwa. Mungkin sudah ada karyawan yang mendaftar sebelum dirinya. Tak apa, mungkin bukan rezeki Salwa.

"Ada yang bisa dibantu?"

Salwa tersentak karena sebuah suara muncul tepat di samping telinganya. Salwa menoleh ke sumbernya, dan mendapati sosok pemuda tinggi tengah tersenyum ke arahnya. Salwa bahkan tak bisa bersuara karena senyum itu.

"Permisi?" Cowok itu kembali bersuara karena melihat Salwa yang hanya diam. Lalu setelahnya Salwa mengerjap dan menormalkan diri.

"Ah, iya, maaf."

"Ada keperluan mengenai toko ini?"

Salwa menatap toko Es Krim, setelah itu beralih pada cowok itu. "Kamu karyawan di situ?" tanya Salwa.

Cowok itu mengangguk. "Iya."

"Mm... Toko ini udah gak butuh karyawan lagi, ya?"

"Coba kamu tanya dulu sama pemiliknya. Kebetulan ada di sini," ucap Cowok itu. "Ayo, aku antar!"

"Ah, baik. Terima kasih."

Mereka berdua masuk ke toko Es Krim tersebut. Cowok tadi mengantarkan Salwa pada sang pemilik toko yang kebetulan sedang duduk di salah satu kursi.

"Permisi, Bu. Ada tamu yang mau bicara."

Ibu yang dimaksud itu menoleh pada mereka berdua. Salwa dibuat terkagum saat melihat paras wanita itu. Beliau sangat cantik. Mungkin umurnya sekitar 25 tahun.

"Siapa?"

Salwa segera membungkuk sopan. "Hallo, Bu! Saya Salwa," ucap Salwa memperkenalkan diri.

"Silahkan duduk!" kata Ibu tersebut mempersilahkan Salwa duduk di kursi hadapannya. Salwa pun duduk di kursi tersebut.

Ibu itu memberikan kode agar cowok tadi pergi. Setelahnya ia beralih pada Salwa.

"Ada perlu apa, ya?"

Salwa menggigit bibir dalamnya karena grogi. Kemudian ia pun bersuara, "Maaf, Bu, sebelumnya. Apakah toko ini masih butuh karyawan?"

Ibu tersebut terlihat diam untuk memikirkan sesuatu. Setelah beberapa detik diam, akhirnya ia menjawab, "Untuk karyawan, saya memang masih butuh. Tapi untuk malam. Dari pukul 6 sore sampai 9 malam."

"Beneran masih butuh, Bu? Saya boleh daftar?" tanya Salwa antusias.

"Alasan kamu mau daftar kenapa?"

"Saya ingin membantu Mama, Bu. Dia sedang butuh."

Ibu itu membiarkan hening menjadi jeda pembicaraan mereka. Selanjutnya terdengar helaan nafas yang mengawali ucapannya. "Bukannya saya tidak mau menerima kamu. Tapi untuk shift malam kayaknya tidak pas untuk kamu. Kamu masih sekolah?"

"Iya, Bu."

"Nah, itu dia. Saya tidak ingin sekolah kamu jadi tidak fokus karena bekerja," ujar Ibu itu. Salwa terdiam setelahnya. Ada benarnya juga apa yang diucapkan wanita berbaju merah itu. Tapi di sisi lain Salwa sedang butuh untuk membantu Mamanya.

"Bu, saya gak masalah kalau bagian saya pas malam. Saya akan tetap fokus pada sekolah saya. Saya juga akan tahu waktunya belajar dan bekerja. Setidaknya sampai saya bisa membantu Mama saya."

Ex Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang