2. Keputusan

1.8K 92 5
                                    

Seperti janjinya, Salwa akan mengembalikan uang yang Jeff berikan kemarin. Ah, tapi lebih tepatnya uang Jeff yang diberikan oleh Andro.

Dari mana Salwa bisa mendapat uang secepat itu untuk mengganti uang Jeff? Bahkan jika dikumpulkan dari uang jajan, mungkin butuh waktu 2 minggu untuk terkumpul.

Sebenarnya Salwa tidak menggunakan uang Jeff, sama sekali. Uang Jeff tersimpan aman di tasnya. Salwa memilih untuk jalan kaki ketimbang naik taksi menggunakan uang cowok itu. Salwa sudah banyak hutang budi pada Jeff, ia tak ingin menambahnya dengan hutang uang.

Siang ini, jam istirahat pertama, Salwa melangkah menuju kelas Jeff. Salwa sendiri, tanpa ditemani Hellen. Sengaja, agar Hellen tak tau tentang urusan ini.

Sampai di depan kelas dengan papan nama X IPS 1 di atas pintu, Salwa melihat-lihat isi kelas.

"Cari siapa?" tanya seseorang dari belakang.

Salwa menoleh, mendapati cowok berkacamata yang tadi bertanya padanya. "Cari Jeff. Bisa dipanggilin, gak?" pinta Salwa.

Cowok itu mengangguk, setelahnya masuk ke kelas dan memanggil Jeff.

Salwa tersenyum saat mata Jeff mengarah ke arahnya. Rupanya cowok itu sedang tiduran di kursi, jadi Salwa tidak melihatnya tadi. Kini Jeff melangkah ke arah Salwa, dengan tampang yang datar.

"Apa?" tanya Jeff setibanya di hadapan Salwa.

"Kamu lagi tidur, ya?" tanya Salwa. "Gak ke kantin?" lanjutnya.

Jeff berdecak. Ia menyandarkan tubuhnya pada tembok dekat pintu sambil bersedekap dada. "Langsung aja. Apa mau lo?" tanya Jeff tak mau basa-basi.

Salwa terdiam. Secepat itukah Jeff berubah? Sekarang sikapnya dingin, dan sebutannya pun telah berganti 'gue-lo'. Pikiran Salwa tentang Jeff tidak sampai sejauh ini ternyata.

"Ck! Lama. Mending tidur," kesal Jeff. Ia hendak melangkah masuk, namun buru-buru Salwa tarik tangannya.

Jeff segera berbalik dan menatap tangan Salwa yang memegang tangannya. Jeff menghempaskan tangannya dan berkata, "Apa, sih, pegang-pegang?!"

Salwa sedikit tersentak lalu menyembunyikan tangannya ke belakang. "A-aku ada perlu sama kamu."

"Perlu apa lagi, sih?" ketus Jeff.

Salwa merogoh saku roknya, mengambil uang merah yang dilipat tersebut. Setelah itu menyerahkannya pada Jeff. Jeff yang tak mengerti mengernyitkan dahinya.

"Ini uang kamu kemarin," ucap Salwa.

"Dapet dari mana lo?" tanya Jeff.

"Akuㅡ"

"Dari Om-Om, ya?" potong Jeff.

"Astaga, Jeff. Aku gak mungkin ngelakuin itu. Ini uang kamu, beneran uang kamu," jelas Salwa. Sebenarnya Salwa marah karena dituduh seperti itu oleh Jeff. Namun ia tak bisa menunjukkan kemarahannya, karena Jeff adalah orang yang ia cintai.

"Iya-iya, terserah lo. Ambil aja buat lo, gue ikhlas. Lagipula duit gue banyak, gak perlu ditambahin pake uang lo itu. Apalagi kalau itu beneran dari Om-Om," ucap Jeff diakhiri tawa remeh.

"Ya ampun, Jeff ... ini beneran uang kamu, loh. Kemarin aku gak pake, aku jalan kaki," ujar Salwa berusaha meyakinkan Jeff.

"Udah lah, Sal. Gak usah nge-drama terus!"

"Jeff, jangan mengada-ngada tentang aku!" ucap Salwa kesal.

Jeff mengembuskan nafas kasar, kemudian menerima uang itu dengan kasar pula. "Dah. Sana balik!" kata Jeff dingin.

"Bentar, Jeff!" cegat Salwa.

"Apa lagi, sih?" tanya Jeff kesal.

"Mm ... Cewek kemarin itu namanya Jennifer, ya?" tanya Salwa, sedikit was-was. Ia takut kena semprot omongan Jeff.

"Tau dari mana?" tanya Jeff balik.

"Dari Lingga."

Jeff terdiam beberapa detik. Setelah itu bersuara kembali, "Ngapain lo cari tau?"

"Akㅡ"

"Gue udah bilang, gak usah cari tau tentang gue. Kita udah putus. Gak jelas kemarin gue bilang atau lo gak inget?" ujar Jeff sedikit kencang. Beberapa perhatian murid kelas dan murid yang kebetulan lewat terpusat pada mereka. Hal yang sangat langka ketika Jeff berkata dengan nada tinggi pada Salwa. Jeff terkenal dengan sikapnya yang pacarable terhadap Salwa. Bahkan murid perempuan di sekolah ini iri terhadap Salwa.

"Kurang jelas? Kita udah putus," kata Jeff sekali lagi, membuat semua yang tengah melihat membulatkan matanya.

"Jeff ... " ucap Salwa. "Kamu gak inget, kalau aku belum nge-iyain perkataan kamu itu?"

Kali ini Jeff yang dibuat bungkam oleh Salwa. Jeff mengingat kejadian kemarin. Benar juga, Salwa tak mengatakan iya atau tidak. Tapi menurut Jeff, mereka sudah resmi putus.

"Keputusan yang gue ambil, gak perlu persetujuan dari lo. Gue bilang putus, artinya lo harus terima kenyataannya," ujar Jeff dingin, setelah itu pergi ke tempat duduknya. Ia merebahkan kembali tubuhnya pada kursi yang dijajarkan.

Sementara itu Salwa terdiam. Murid-murid yang melihat mulai mengeluarkan senandung-senandung gosip. Salwa mendengar, namun ia memilih untuk acuh.

Salwa berbalik lalu melangkah menuju kelasnya. Pikirannya hanya terpaku pada Jeff. Masa bodoh dengan murid-murid yang menatapnya sepanjang jalan.

"Gak, Jeff. Aku gak bakal nge-iya-in keputusan kamu itu," gumam Salwa.

****

Derasnya hujan menjadi hal yang ikut mendominasi malam ini. Hawa dingin yang masuk terasa sejuk menyapa kulit. Tidak ada guntur kali ini. Suasana yang enak bukan?

Sama halnya dengan Salwa. Gadis 16 tahun itu tengah menikmati suasana kini. Jendela kamarnya ia biarkan terbuka, agar ia bisa merasakan dinginnya hawa. Sambil duduk dekat jendela, menatap banyaknya tangisan awan yang jatuh ke tanah.

Salwa melipat tangannya pada kusen jendela lalu menaruh kepala di atasnya. Ia menatap langit yang gelap tanpa bulan dan bintang.

"Malam ... Dingin kamu, sama kaya dingin sikap Jeff sekarang," kata Salwa bermonolog.

"Langit, kemana bulan sama bintang? Kenapa mereka gak muncul saat kamu nangis?"

Salwa menghembuskan nafasnya pelan. Rasanya bermonolog seperti itu tak ada gunanya. Salwa tak akan pernah mendapat jawaban.

Tiba-tiba matanya menangkap sebuah ikat rambut di atas nakas yang berada di samping ranjang. Salwa beranjak lalu melangkah untuk mengambilnya.

Diraihnya ikat rambut itu, Salwa tersenyum menatap benda berwarna biru tersebut. Benda kecil yang sangat berarti bagi Salwa, bisa jadi sangat bersejarah. Itu adalah ikat rambut yang dibelikan Jeff saat pertama kali mereka bertemu.

Kini pikiran Salwa berbalik ke masa di mana ia dan Jeff bertemu. Roll film hubungan mereka kembali diputar, saksikanlah!

****

~ Ex ~

Mulai part selanjutnya, alurnya bakal mundur. Jadi, jangan sampe gagal paham ya!

Thanks for reading♡

Ex Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang