Pagi ini terasa berat bagi Salwa. Pasalnya ada perdebatan kecil antara dirinya dengan sang Mama. Uang Mamanya hilang dan Salwa yang dituduh mengambilnya. Salwa yang merasa tidak pernah mengambil terus membantah, karena memang bukan dirinya yang mengambil. Ia bahkan tak berani membuka lemari Mamanya tanpa ada suruhan wanita bernama Erika itu.
Akhirnya setelah berdebatan kecil pagi hari itu berlangsung beberapa menit, Erika akhirnya percaya pada Salwa. Lalu uang yang hilang itu masih menjadi misteri. Apakah ada setan tuyul yang mengambil?
Ah sudahlah Salwa ikut pusing memikirkannya.
Langkah Salwa memasuki area sekolah. Saat di gerbang ia tersenyum pada pak Satpam yang berjaga di Pos. Selagi melangkah Salwa mengedarkan pandangannya sesekali. Saat pandangannya mengarah ke langit, ia dibuat kagum saat melihat pelangi terlukis di sana. Jarang sekali Salwa melihat pelangi, karena itu ia mengeluarkan hp lalu memotretnya.
Selesai memotret, Salwa melihat hasilnya seraya tersenyum. Pelanginya sangat indah dan cantik.
"Apaan, tuh?" Leher Salwa tiba-tiba dirangkul oleh seseorang. Salwa menoleh lalu mendapati Hellen tengah melihat ke hp-nya.
"Pelangi, Len," jawab Salwa.
Hellen melepas rangkulannya lalu menatap langit. "Wah, iya. Aku juga harus foto!" kata Hellen antusias.
Gadis berponi itu mengeluarkan hp dari sakunya lalu ikut memotret pelangi. Setelah itu Hellen kembali memasukkan hp-nya ke saku. Hellen menoleh pada Salwa yang tengah melihat ke arahnya.
"Jarang banget ya, Wa, ada pelangi. Aku mungkin terakhir lihat waktu SD dan baru lihat lagi sekarang," ujar Hellen.
Salwa membulatkan matanya. "SD? Lama banget, dong?"
Hellen mengangguk. "Hu'um, lama banget. Akunya juga jarang keluar rumah soalnya, hehe."
"Hmm dasar!"
Hellen kembali merangkulkan tangannya, namun kali ini di lengan Salwa. "Ayo ke kelas!" ujarnya. Setelah itu mereka berdua melangkah ke kelas.
Saat berjalan di koridor menuju tangga, dari arah berlawanan terlihat seseorang yang tak asing bagi Salwa. Setelah berjalan berpapasan, pandangan mereka bertemu untuk seperkian detik sebelum orang itu berlalu. Pandangan Salwa masih pada cowok bertas hitam itu, hingga Salwa sampai memutar badan.
"Dia cowok yang sama Jeff waktu itu, kan?" tanya Hellen tiba-tiba. Salwa menoleh pada Hellen lalu berpikir sesaat.
"Ah, iya. Pantesan gak asing," kata Salwa.
"Jangan-jangan dia yang ngajak taruhan, Wa?"
"Ah, masa?"
"Ya aku gak tau juga. Gimana kalau kamu tanya ke Jeff?"
"Ah, gak mau. Males aku." Salwa melangkah mendahului Hellen.
"Kalau gitu sama Lingga," kata Hellen seraya menyusul Salwa.
"Gak mau, Len. Aku gak mau berurusan sama dia ataupun temennya."
Hellen menghentikan langkahnya. "Seenggaknya kamu tahu, Wa, 2 laki-laki pengecut yang udah permainin kamu," ucap Hellen membuat langkah Salwa ikut terhenti. Jarak mereka hanya terpaut 4 langkah.
Benar juga ucapan Hellen, Salwa harus tahu siapa lawan taruhan Jeff. Agar Salwa bisa menghindari kedua cowok itu supaya tidak teralami untuk kedua kalinya.
Salwa berbalik menatap Hellen. "Oke, aku akan tanya."
****
Jam kosong merupakan suatu keajaiban bagi para murid. Seperti kelas 10 IPA 3 saat ini. Guru Matematika berhalangan hadir karena beliau harus menemani istrinya yang akan melahirkan. Para murid merasa sangat beruntung karena terbebas dari pelajaran angka tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex
Teen FictionHarusnya Salwa sadar, bahwa sejak awal dirinya tak pantas memiliki hubungan khusus dengan seorang Jeffery Dirga Alanta. Dirinya ibarat kerikil kecil yang sering ditendang, sementara Jeff adalah berlian dambaan orang-orang. Tak seharusnya ia terjebak...