11. Mereka Cocok

923 58 5
                                    

Sebelum baca, alangkah baiknya kalian follow dulu akun aku hehe😀

Enjoyy

****

Tidak ada yang baik-baik saja setelah kepercayaan yang telah diberikan dibalas dengan pengkhianatan. Ibarat sebuah gelas kaca yang dihantamkan ke dinding dan detik setelahnya benda tersebut sudah tak tentu wujud. Pecahan kaca yang terbentuk seakan menggores luka panjang pada relung hati.

Salwa sudah menghabiskan waktunya berjam-jam untuk mengurung diri di kamar. Dengan memeluk guling dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, Salwa menangis sepuasnya. Bahkan bantal yang ditiduri sampai basah, namun tangisnya tak kunjung reda.

Sudah kali ke-dua Mamanya mengetuk pintu dan bertanya tentang keadaannya, namun dengan bohong Salwa menjawab dirinya lelah dan butuh istirahat. Salwa tahu perbuatannya ini salah, tapi tidak mungkin juga ia harus terus terang mengatakan dirinya menangis karena masalah percintaannya.

Salwa melirik jam dinding. Waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam. Salwa mendudukkan dirinya setelah berjam-jam hanya merebahkan tubuhnya itu untuk menangis. Gadis itu yakin pasti matanya membengkak, namun ia tak ingin bercermin. Biarlah, mau bagaimana pun tidak ada yang peduli dengan dirinya.

Salwa mengambil hp-nya yang tergeletak di atas nakas. Mata Salwa melebar saat melihat puluhan telepon tidak terjawab dari Hellen. Anak itu terus menelponnya dari pulang sekolah hingga 1 jam yang lalu. Salwa tidak menjawab, karena ia dengan sengaja mengaktifkan mode silence. Salwa yakin Hellen pasti khawatir akan dirinya.

Setelah kejadian pulang sekolah tadi, Salwa langsung pergi dan naik angkot untuk pulang. Angkot yang ditumpangi langsung melaju setelah Salwa naik, sehingga Hellen tak sempat mengejar Salwa.

Jari Salwa mulai menari di atas papan keyboard hp-nya. Ia mengetikkan sesuatu untuk Hellen.

_____

Aku baik-baik aja. Maaf kalo udah ngebuat kamu khawatir. Aku ketiduran tadi.

_____

Salwa tersenyum setelah rentetan kalimat berisi pesan untuk Hellen telah terkirim. Setelah itu Salwa kembali meletakkan hp-nya di nakas, kemudian bersiap untuk tidur. Namun sebelum pergi ke alam bawah sadarnya, Salwa menggumamkan beberapa kata.

"Selamat malam, Jeff. Semoga esok aku lupa sama kamu."

****

Pagi seperti biasa Salwa pergi ke sekolah. Namun ada yang tidak biasa dari gadis itu, yakni memakai jaket dan memasang tudungnya. Wajahnya ia tundukkan agar tidak melihat sekitar. Hari ini, Salwa ingin berbeda dari hari-hari sebelumnya.

Alasan Salwa tak ingin memperlihatkan wajahnya yakni karena matanya yang membengkak dan ... tidak ingin melihat Jeff kalau-kalau cowok itu berpapasan dengannya.

Subuh tadi Salwa bangun dan ia merasa kecewa. Kenapa Jeff masih ada di pikirannya? Padahal yang Salwa harapkan, ia ingin hilang ingatan namun hanya tentang Jeff saja. Nyatanya Jeff masih menghantui pikiran Salwa saat dirinya menemukan ikat rambut pemberian Jeff di meja. Sialan.

Salwa tidak langsung pergi ke kelas. Ia mampir ke kantin untuk membeli es batu. Setelahnya pergi ke taman belakang gedung olah raga dan duduk di bangku kayu di taman tersebut.

Salwa mengeluarkan kain yang ia bawa dari rumah. Lalu memasukkan potongan es batu ke dalamnya, kemudian mengopreskan ke matanya. Kelopak mata Salwa masih lumayan besar akibat tangis semalam. Ia harap dengan mengopres ini bisa menormalkan kembali kelopak matanya.

Ex Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang