8. Jadi...?

530 33 9
                                    

Special 1 bulan🌜

****

"Ap-apa?"

"Perlu diulang?" Jeffery memiringkan kepalanya seraya tersenyum. Sial! Jeffery membuat Salwa semakin tak bisa berkata.

Jeffery meraih tangan Salwa, lalu menatap mata gadis itu. "Lo mau jadi pacar gue?" ulang Jeffery.

"Ke-kenapa kamu tiba-tiba?" tanya Salwa gugup.

"Kejutan. Lo terkejut ga?" ujar Jeffery dengan wajah menggemaskan. Rasanya Salwa ingin menghilang saja. Dasar Jeffery!

"Kita belum lama kenal, loh," ucap Salwa.

"Iya, emang kita belum lama kenal. Tapi salah kalau gue suka sama lo?" ujar Jeffery.

Salwa diam, ia tak tahu harus berkata apa. Takut-takut apa yang ia katakan malah salah.

Karena sedaritadi Jeffery menatapnya, Salwa jadi grogi sendiri. Salwa merasa dirinya sedang tak tentu rasa. Semua rasa tercampur aduk dalam waktu bersamaan. Salwa memalingkah wajahnya ke arah lain, sembari melipat bibirnya ke dalam.

Jeffery yang melihat itu jadi tersenyum sambil mengelus puncak kepala Salwa. "Gak bisa jawab, ya?" tanya Jeffery, membuat Salwa menoleh ke arahnya. "Gak harus sekarang, kok. Lo bisa pikirin dulu."

Jeffery berdiri setelah mengatakan itu, diikitu pandangan Salwa. Tangan Jeffery terulur ke arah Salwa.

"Apa?" tanya Salwa.

"Balik. Lo mau di sini terus?" ujar Jeffery, membuat Salwa segera berdiri, namun tidak meraih tangan Jeffery.

Jeffery memandang tangannya yang dianggurin tanpa diraih Salwa. Lalu ia terkekeh pelan, kemudian memasukan tangannya ke saku celana.

"Ayo!" Mereka pun berjalan meninggalkan kawasan tersebut.

Sudah pasti Salwa merasa canggung. Pikirannya terus tertuju pada ungkapan Jeffery tadi. Ia tak tahu harus menjawab apa, karena iniㅡterlalu cepat, mungkin.

****

Bau tanah yang basah menyeruak masuk ke indera penciuman. Hujan semalam membuat beberapa kawasan menjadi basah. Matahari belum memunculkan dirinya, sehingga hawanya terasa sejuk.

Salwa berjalan menyusuri selasar menuju kelasnya. Namun sesaat ia lupa kalau perutnya belum diisi apapun. Jadi perempuan dengan tas navy itu berniat untuk mampir ke kantin dahulu.

Sampai di kantin, Salwa memesan bubur ayam dan air mineral. Sambil menunggu pesanan siap, Salwa memilih untuk duduk di salah satu tempat. Dan saat berbalik, Salwa menemukan Jeffery dan kedua temannya baru masuk kantin.

Untuk beberapa saat, pandangan Salwa dan Jeffery terkunci. Hingga detik berikutnya mereka sama-sama memutuskan kontak tersebut.

Salwa masih canggung atas kejadian kemarin. Saat perjalanan pulang dari wisata kemarin mereka sama-sama tak bersuara. Bahkan saat sampai di rumah Salwa, gadis itu mengucapkan terima kasih tanpa menatap Jeffery. Salwa langsung masuk ke rumahnya setelah itu.

Itu tidak sopan?

Jeffery tersinggung tidak, ya?

Ishㅡ

"Ini Neng, pesanannya." Ibu penjual bubur tadi menyerahkan nampan berisi bubur di hadapan Salwa.

"Iya, Bu. Terima kasih." Ibu tersebut mengangguk lalu kembali ke tempatnya.

Salwa hendak memakan buburnya itu, namun matanya tertarik ke arah depan. Ia menoleh dan mendapati Jeffery yang tengah menatapnya. Salwa segera beralih pada buburnya. Kalau seperti ini, Salwa merasa tidak leluasa saat makan.

Ex Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang