Kegiatan MOS hari kedua kembali dilaksanakan. Hari ini Salwa tidak terlambat lagi. Ia belajar dari pengalaman sebelumnya, ia tak ingin mendapat hukuman lagi. Sekarang ini ia berdiri berbaris bersama murid-murid lain.
Seperti biasa, upacara Apel diselenggarakan sebelum memulai kegiatan. Seluruh peserta mengikuti dengan tertib hingga kegiatan tersebut berakhir.
Setelah upacara selesai, sang Ketua Osis berdiri di podium dan mulai berbicara di depan mikrofon.
"Khm. Hai! Selamat pagi!"
"PAGI!"
"Gimana kabarnya?"
"BAIK."
"Ada yang belum sarapan?"
"SIAP, TIDAK."
"Syukurlah. Oke sekarang MOS kedua ini akan dimulai. Tapi sebelum itu, kami para Osis masih saja melihat ada yang tidak menaati peraturan," ucap Ketos itu membuat para murid menoleh ke arah murid lainnya.
"Untuk yang tadi ditegur dan disuruh maju, silahkan maju. Sekarang!"
Setelah mendapat perintah itu, para murid yang dimaksud tadi melangkah ke depan. Mereka berdiri menghadap murid lainnya. Ada 7 murid lelaki, Salwa menghitungnya dalam hati. 1 diantara mereka adalah, Jeffery?
Dia Jeffery anak kemarin kan? ucap Salwa dalam hati.
Saat dilihat-lihat, rupanya Jeffery belum memotong rambutnya sesuai dengan peraturan. Anak itu memilih untuk dihukum ketimbang harus memotong rambutnya.
Ketujuh anak itu sudah pasti mendapat semprotan dari Osis yang menjadi panitia kegiatan ini. Sudah pasti mereka mendapatkan konsekuensi dari apa yang mereka perbuat.
"Rambut godrong dipelihara," ucap seseorang di samping Salwa. Salwa menoleh pada anak tersebut. Dia sekelas dengannya, namun mereka belum saling kenal.
Merasa dipandang, anak itu menoleh pada Salwa. Salwa sedikit terkejut, kemudian ia tersenyum kikuk. Setelah itu Salwa kembali menatap ke depan.
"Hei! Nama kamu siapa?" tanya anak itu, membuat Salwa segera menoleh.
"Aku?" tanya Salwa memastikan. Anak itu mengangguk membalasnya.
"Aku Salwa," ucap Salwa.
"Oh, Salwa. Aku Hellen, salam kenal," ucap anak itu yang diketahui bernama Hellen.
"Iya, salam kenal."
Saat itu Salwa senang karena akhirnya ada teman sekelasnya yang mau berkenalan dengannya. Gadis berambut sebahu itu terlihat baik saat Salwa pertama melihatnya. Semoga mereka berteman.
****
MOS kali ini telah usai. Semua bergegas pulang, hari ini cukup melelahkan. Duduk berjam-jam di Aula sambil mendengarkan materi saja bisa membuat badan pegal-pegal.
Salwa berjalan di trotoar. Tak seperti murid lain yang dijemput orang tuanya, yang membawa kendaraan, yang memesan ojek online, atau naik kendaraan umum. Salwa berjalan kaki dari sekolah ke rumahnya, begitupun saat berangkat dari rumah ke sekolah.
Jarak antara 2 tempat itu tidak terlalu jauh, tidak dekat juga. Namun pilihannya untuk jalan kaki merupakan suatu hal yang tepat. Salwa tak punya kendaraan. Bisa saja ia naik angkutan umum. Namun setelah dipikir kembali, uangnya mending ia tabung. Ia bisa menggunakan uang tersebut jika sewaktu-waktu ada keperluan.
Salwa melihat sebuah warung. Ia mampir sebentar untuk membeli air minum, karena tiba-tiba haus menyerangnya. Setelah membayar, ia berbalik lalu meneguk air tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex
Teen FictionHarusnya Salwa sadar, bahwa sejak awal dirinya tak pantas memiliki hubungan khusus dengan seorang Jeffery Dirga Alanta. Dirinya ibarat kerikil kecil yang sering ditendang, sementara Jeff adalah berlian dambaan orang-orang. Tak seharusnya ia terjebak...