Jeff masih ingat bagaimana ekspresi Salwa saat ia melontarkan tanya pada gadis itu. Bertanya apakah Salwa percaya jika ia rindu. Tanya yang membuat beberapa detik mereka terbuang tanpa kata.
Sayangnya Jeff tak mendapat jawaban apapun dari mulut Salwa. Cewek itu pergi begitu saja setelah sebelumnya meletakkan obat. Namun dari ekspresi yang Salwa tunjukkan sudah Jeff duga kalau dia terkejut. Tentang Salwa percaya atau tidaknya, Jeff tidak bisa memastikan.
Dan cewek itu kini berada di sisinya. Berada dalam satu meja yang sama. Tadi Jennifer mengajaknya untuk bergabung saja dengan Salwa dan Reza yang tengah duduk di bangku warung. Tak hanya mereka berdua, Hellen pun ikut bergabung, dan dia duduk di samping Reza.
"Kamu sama siapa ke sini, Len?" tanya Salwa pada Hellen.
"Sendiri, Wa," jawab Hellen setelah sebelumnya meneguk minuman yang ia beli.
"Hah, sendiri?"
Hellen mengangguk. "Hu'um. Udah biasa, Wa."
Tak ada pembicaraan setelah itu. Topik obrolan seakan buntu. Di meja itu, kecanggungan menyelimuti mereka. Sungguh tak nyaman, namun mereka juga tak tahu harus mencairkan suasana dengan cara apa.
"Kami ganggu, ya?" Jennifer akhirnya membuka suara. Perhatian Salwa, Hellen, dan Reza teralih pada gadis bersurai coklat itu.
"Ng-nggak, kok, Kak. Santai aja," ucap Salwa.
Jennifer mengangguk. "Dia pacar kamu, Wa?" tanyanya pada Salwa seraya melirik Reza.
Salwa terkejut akan pertanyaan itu. Juga Hellen dan Jeff yang ikut mendengarnya. Buru-buru Salwa menyangkal.
"Nggak, Kak, bukan. Dia temen doang,"
Jennifer mengangguk mengerti. Sementara itu kini yang ada di pikiran Salwa hanya Hellen. Ia takut gadis itu berpikiran sama dengan Jennifer. Maka dari itu Salwa akan menjelaskan yang sebenarnya.
Salwa baru akan membuka mulutnya, saat tiba-tiba suara decitan kursi di sampingnya terdengar. Salwa menoleh, dan mendapati Jeff yang berdiri dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Ayo pulang!" ujar Jeff pada Jennifer.
"Kenapa cepet banget?"
"Mama kamu ngajak makan siang bareng. Gak enak kalau nolak."
Jennifer terdiam untuk beberapa detik. Setelah itu ia berkata, "Ayo." Ia kemudian bangkit lalu berpamitan pada Salwa, Hellen, dan Reza. Setelahnya Jeff dan Jennifer pergi menjauh.
Sebenarnya yang Jeff katakan hanya alibi. Entah kenapa saat topik yang dibahas Jennifer tadi membuat jantungnya tak bekerja dengan normal. Ada sesuatu tak wajar yang muncul dalam dirinya.
Namun, Jeff tak mengerti akan itu.
****
Langkahnya kini telah mencapai koridor, bergabung dengan langkah siswa lain yang juga sedang melintas. Salwa menarik gendongan tas-nya sambil menghela nafas pelan. Akhir pekan kemarin tidak terlalu puas ia nikmati dan sekarang ia kembali bersekolah.
Salwa memelankan langkahnya saat melewati lapangan basket. Tempat itu lebih rapi dari biasanya. Ah! Salwa baru ingat sekarang ada pertandingan basket.
"SALWA!" teriak seseorang dari arah belakang. Salwa menghentikan langkahnya lalu menoleh ke belakang. Matanya menangkap sosok Hellen tengah berlari kecil ke arahnya.
"Pagi, Salwa!" sapa Hellen saat sampai di hadapan Salwa. Setelah itu mereka melangkah menuju kelas.
"Pagi juga, Hellen!" sapa Salwa balik. "Kemarin lancar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex
Teen FictionHarusnya Salwa sadar, bahwa sejak awal dirinya tak pantas memiliki hubungan khusus dengan seorang Jeffery Dirga Alanta. Dirinya ibarat kerikil kecil yang sering ditendang, sementara Jeff adalah berlian dambaan orang-orang. Tak seharusnya ia terjebak...