22. Pukul 11 Malam

830 47 5
                                    

Sebelumnya aku mau ucapin banyak terima kasih kepada semua pembaca cerita ini. Makasih udah mau mampir ke lapak absurd ini. Makasih juga udah nyempetin buat vote dan komen.

Juga buat kamu yang diem-diem aja makasih, ya. Hehe.

Semoga aku bisa terus semangat ngetiknya. Asal kalian tau, kalian itu yang jadi penyemangatku buat ngetik.

Love you❤

Happy reading🐝

****

Angin sore berhembus menyapa wajah 2 remaja SMA yang tengah berjalan di trotoar kini. Tangan mereka memegang cup minuman yang sempat mereka beli di samping sekolah. Jalanan yang cukup padat serta suara-suara klakson mengisi gendang telinga 2 insan tersebut.

"Wa, gue pindah shift jadi malem," ucap Reza membuat lawan bicaranya kini menoleh dengan wajah terkejut.

"Serius? Kenapa pindah?" tanya Salwa.

"Mm.. biar bareng sama lo, hehe," ujar Reza, setelah itu ia menyeruput minumannya.

"Ih, gara-gara gue?"

"Iya. Bukan itu aja, sih. Gue pengen partner gue yang seumuran gitu. Ya, maksudnya biar enak kalau diajak ngobrol."

"Emang partner shift sore gak seumuran, ya?"

Sial, Reza tak bisa berkutik. Kenapa Salwa justru bertanya lebih lanjut? Padahal memang tujuan awalnya pindah shift adalah ... ingin bersama dengan Salwa.

"Y-ya, gitu, deh," ucap Reza kikuk.

Kini langkah keduanya mencapai Halte. Lalu Reza dan Salwa duduk di bangku hitam yang hanya terisi 2 orang. Mereka akan naik Angkot untuk pergi ke tempat kerja. Sengaja lebih awal, karena sebelum masuk jam kerja mereka akan berkunjung ke taman dekat toko.

Tak lama kemudian, sebuah Angkot tujuan mereka berhenti di depan Halte. Salwa dan Reza pun naik ke Angkot tersebut. Salwa menempati tempat paling belakang, karena itu tempat kesukaannya. Sementara Reza mengambil tempat di samping Salwa. Setelah itu sang Sopir pun melajukan Angkot.

"Wa, ternyata Fadil bawel banget, ya. Gue dari pagi diseret gabung terus sama dia," ucap Reza membuka percakapan.

"Oh, Fadil. Iya, dia emang kayak gitu anaknya. Pantesan gue baru liat lo pas habis istirahat. Ternyata sama dia," kata Salwa.

"Iya. Kenapa? Kangen?"

"Iya.." ujar Salwa membuat Reza membulatkan matanya. "..bukan gue, tapi Hellen," lanjut Salwa. Raut Reza kini berubah menjadi biasa saja.

"Oh, anak itu."

Salwa mengangguk. "Dia bucin banget sama lo, Za. Lo gak tertarik gitu sama dia?"

"Gue ... udah suka sama orang lain," ujar Reza, membuat Salwa segera memoleh ke arah cowok itu.

"Siapa?"

Tiba-tiba banyak penumpang yang menaiki Angkot itu. Sehingga desak kini mengisi kendaraan beroda empat tersebut. Salah satu diantara mereka membawa dagangan, membuat ruang kini semakin sempit.

Ex Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang