chapter ─ 06

2.6K 384 41
                                    

Selama pemotretan yang dilakukannya dengan Jimin berlangsung, Rosé nyaris tidak pernah mengalihkan pandangannya dari Jimin yang terlihat begitu tampan, terlebih lagi posisi keduanya yang dibuat sangat dekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selama pemotretan yang dilakukannya dengan Jimin berlangsung, Rosé nyaris tidak pernah mengalihkan pandangannya dari Jimin yang terlihat begitu tampan, terlebih lagi posisi keduanya yang dibuat sangat dekat. Bahkan Rosé sampai berpikiran bahwa Jimin dapat mendengar detak jantungnya yang berdebar begitu cepat sebab pria itu yang juga balas memandangnya.

Namun Rosé dapat kembali bernafas normal tatkala akhirnya pemotretan itu telah berakhir. Tidak harus menahan nafasnya sebab berada didekat pria yang disukainya. Selesai dengan seluruh jadwalnya, Rosé akan mengajak Jimin untuk makan siang bersama atas balas budi yang ingin dilakukannya.

Rosé memasuki mobil Jimin dengan sang pemilik yang juga ikut memasukinya. Jimin hanya bisa mengiyakan saja ketika Rosé meminta untuk mereka menaiki mobil Jimin saja dibanding mereka diantar oleh Namjoon dengan mobilnya yang merupakan manajer dari gadis Park tersebut.

Dan disinilah keduanya, didalam mobil Porsche hitam milik Jimin dengan si pria yang yang mengemudj sementara Rosé yang berada disisinya tengah mengoceh mengenai dimana mereka akan menghabiskan waktu dengan makan siang bersama. "Kau suka makan pasta?"

Rosé bertanya sembari dirinya menatap layar ponselnya, mencari restoran yang tepat untuk mereka. Jimin memandang lurus ke depan, tidak mengalihkan pandangannya sama sekali lantas berdehem guna menjawab pertanyaan gadis itu.

Rosé yang kesal sebab hanya diberikan jawaban berupa deheman singkat berkali-kali oleh Jimin, menatap jengkel pria itu, "Bisakah kau jangan menjawab pertanyaanku hanya dengan berdehem saja, katakanlah sesuatu." omel Rosé sembari mempoutkan bibirnya disana.

Jimin masih tetap pada posisinya, kemudian menghela nafas lelah. Benar apa yang dikatakan banyak orang, laki-laki memang selalu salah. Lebih tepatnya selalu salah dimata para perempuan. Jika ia tidak menjawab pertanyaan Rosé, gadis itu akan protes lalu mengomel namun saat dirinya menjawabnya dengan deheman, Rosé juga protes pada jawabannya.

Ya Tuhan, apa yang harus Jimin lakukan?

Haruskah Jimin menyumpal bibir Rosé menggunakan bibirnya agar Rosé terus diam sampai akhirnya mereka sampai di tempat tujuan mereka? Astaga, jangan gila Park Jimin! Nanti Rosé malah mengartikan tindakannya itu dengan mengira bahwa ia menyukainya.

"Bisakah kau diam? Mendengar suaramu aku jadi tidak fokus, kau mau kita berakhir mati mengenaskan hanya karena kau tidak bisa diam?" Ketus Jimin merasa begitu lelah mendengar seluruh ocehan Rosé.

Namun agaknya, ancaman itu tak membuat Rosé takut. Gadis itu malah tersenyum, "Aku tidak masalah jika harus mati, asalkan aku mati bersamamu."

Sudah Jimin katakan, gadis yang menyandang gelar sebagai tetangga apartemen nya ini tidak waras. Jika ditanya, apa Jimin mau, tentunya Jimin tidak ingin mati sekarang. Ia masih ingin menjalani kehidupannya saat ini, masih banyak hal lagi yang harus dilakukannya dikemudian hari. Seperti mengurus perusahaan milik sang ayah, misalnya.

CRAZY OVER YOU [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang