chapter ─ 32

5K 351 167
                                    

"ASTAGA, PARK JIMIN?!" Rosé berseru kaget ketika ia baru saja menutup pintu kemudian tiba-tiba mendapati presensi Jimin tengah berbaring di atas ranjang miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"ASTAGA, PARK JIMIN?!" Rosé berseru kaget ketika ia baru saja menutup pintu kemudian tiba-tiba mendapati presensi Jimin tengah berbaring di atas ranjang miliknya. Sebenarnya hal ini sudah biasa bagi keduanya, Jimin tidak perlu meminta izin lagi untuk memasuki apartemen dan kamar Rosé sekalipun. Begitu juga sebaliknya.

Tetapi lelaki itu datang di waktu yang tidak tepat. Rosé baru saja selesai membersihkan diri dengan kini hanya mengenakan handuk untuk melilit tubuhnya. Dan handuk itu nyaris saja terlepas dari tubuhnya karena terlalu terkejut melihat Jimin di kamarnya.

Yah, meskipun keduanya pernah sama-sama melihat secara langsung ketika tidak memakai busana apapun, Rosé tetap saja merasa malu.

Mengerti akan kondisi canggung ini, Jimin membuat posisi tubuhnya berbaring menyamping, membelakangi Rosé dan membiarkan gadis itu untuk memakai pakaiannya.

Beberapa saat kemudian, Rosé selesai berpakaian. Ingin menghapus suasana canggung yang sempat tercipta diantara keduanya, Rosé ikut berbaring di atas ranjang. Lalu menggeser tubuhnya mendekat pada Jimin dan memeluk tubuh kekasihnya.

Menyadari pelukan yang berasal dari Rosé, Jimin pun membalik tubuhnya. Membalas pelukan itu dan membawa Rosé tenggelam didalamnya. Sesekali ia mengecup puncak kepala si gadis seraya menghirup aroma harum shampo yang menguar dari rambutnya.

"Jimin-ah.."

Jimin tetap memejamkan matanya ketika mendengar panggilan itu seraya mengusap surai Rosé lembut kemudian menyahut dengan deheman.

Rosé sedikit menarik diri dari pelukan erat itu lalu mendongakkan wajahnya guna menatap Jimin. "Aku baru menyadari sesuatu." Jimin masih saja asyik mengusapi rambut gadisnya yang terasa begitu halus melewati tiap-tiap jarinya. "Hm, apa itu?"

"Kau tidak pernah memanggilku dengan panggilan spesial selayaknya sepasang kekasih." Gadis itu memperlihatkan ekspresi cemberutnya dengan bibir yang mengerucut. Membuat Jimin yang melihatnya merasa gemas. Ia mengecup kilat bibirnya juga mencubit pipinya yang menggembung seraya terkekeh gemas. "Panggilan spesial yang seperti apa memangnya, heum?"

"Ish, jangan berpura-pura tidak tahu!" Rosé meninju pelan dada bidang Jimin yang tepat berada di hadapannya. Memang tidak berniat menyakiti Jimin, ia hanya ingin meluapkan kekesalannya karena Jimin yang terlihat terus bermain-main dengan kata-katanya.

"Tanpa memanggilmu dengan panggilan spesial seperti itu pun aku akan tetap menyayangimu, Roseanne." Ujar Jimin pada akhirnya ketika Rosé lebih memilih untuk melepas pelukan dan berbaring membelakangi. Pria itu meraih lengan Rosé dan kembali membawanya menghadap ke arahnya.

Raut cemberut itu masih tertinggal di wajah cantik si gadis. "Aku tahu itu, tapi aku ingin kau mempunyai panggilan spesial untukku." rengek Rosé berharap Jimin akan mengabulkan permintaannya. Begitu kembali merasakan usapan pada kepalanya dan mendapat jawaban dari sang kekasih, Rosé tersenyum senang. "Baiklah."

CRAZY OVER YOU [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang