chapter ─ 20

3.1K 399 110
                                    

Vomment-nya jangan lupa yaa 😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vomment-nya jangan lupa yaa 😘

◎❀◎

Rosé mengangkat tangannya hendak menekan bel yang berada tepat dihadapannya, namun sesaat kemudian ia kembali menarik tangannya. Membatalkan niatnya untuk membunyikan bel apartemen sang tetangga, Park Jimin.

Ini sudah terjadi untuk yang kelima kalinya Rosé terus melakukan hal tersebut, dan pada akhirnya ia pun juga selalu tidak berhasil melakukannya hanya karena tidak sanggup bertemu Jimin akibat kejadian tidak mengenakkan yang terjadi diantara mereka didalam lift kala itu.

Padahal tujuannya hanya ingin mengambil mantel miliknya yang sudah lama tertinggal di apartemen milik Jimin yang baru ia sadari. Sebenarnya Rosé bisa merelakan mantel itu tanpa harus repot-repot mengambilnya kemudian bertemu dengan Jimin karena ia masih bisa membeli yang baru.

Tapi Rosé tidak memilih untuk merelakannya, ia ingin mengambil kembali mantel miliknya walaupun harus bertatap muka dengan pria yang sangat ingin ia hindari saat ini. Entahlah. Mungkin karena Rosé merindukan pria itu sampai menggunakan alasan ini untuk bertemu dengannya?

Namun kini ia malah dihadapkan dengan masalah besar, seketika seluruh keberaniannya menghilang entah kemana. Kalau saja ia berhasil membunyikan bel tersebut, yang terjadi setelahnya sudah pasti adalah bertemu dengan Jimin.

Cukup lama tidak bertemu dengan Jimin membuat Rosé takut ia akan melakukan hal konyol seperti memeluk pria itu saat menatap wajah tampannya. Karena sampai saat ini Jimin masih menjadi kelemahannya, sebab pria itu juga masih tetap menguasai seluruh hatinya.

Rosé menyandarkan tubuhnya pada pintu. Matanya memandang bel apartemen Jimin, masih begitu bimbang apakah ia harus menekan benda itu atau mengabaikannya.

Gadis itu mengusap wajahnya gusar. Baru saja Rosé akan menegakkan tubuhnya agar tak menyandar pada pintu, namun pintu apartemen Jimin sudah terlanjur terbuka. Jika saja tidak ada sepasang tangan yang dengan sigap menangkap tubuhnya, mungkin saja Rosé kini sudah berbaring dilantai dengan rasa sakit yang pasti akan terasa setelahnya.

Dua pasang mata itu sempat saling bertatapan selama beberapa detik sebelum kemudian Rosé memutusnya dengan menegakkan tubuh dan menjauh dari keberadaan presensi Jimin disana. Lagi-lagi atmosfir diantara keduanya kembali di penuhi dengan kecanggungan.

Jimin mengusap tengkuknya, berusaha mengurangi rasa gugup yang menghampirinya secara tiba-tiba. "Ada apa?"

Mendengar suara Jimin yang mengalun memasuki gendang telinganya, Rosé mati-matian mencoba untuk menahan dirinya. Sudah Rosé katakan, Jimin itu merupakan kelemahan terbesarnya. Apapun yang Jimin lakukan akan selalu berdampak besar pada jantungnya yang tiba-tiba berdetak tidak karuan.

Namun Rosé tidak semudah itu kalah hanya karena dihadapkan dengan Jimin yang berdiri dihadapannya dalam balutan kaus hitam polos dengan rambut hitamnya yang terlihat basah masih meneteskan beberapa bulir air. Tapi, ya ampun. Berpenampilan seperti itu saja Jimin dapat terlihat begitu tampan!

CRAZY OVER YOU [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang