chapter ─ 24

3.2K 400 136
                                    

Rosé tidak tahu apakah ia harus mempercayai Jimin ketika pria itu mengatakan kemungkinan bahwa ia menyukainya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rosé tidak tahu apakah ia harus mempercayai Jimin ketika pria itu mengatakan kemungkinan bahwa ia menyukainya. Tapi yang jelas, Rosé tidak bisa menyangkal tatkala ia dapat merasakan debaran yang begitu cepat didalam tubuhnya ketika lagi-lagi ia mendapati Jimin yang kini tengah menatapnya lekat-lekat.

Ditambah pelukan erat tangan si pria yang berada di pinggangnya seolah membuatnya tidak bisa menjauh ataupun menghindar dari terkurung dalam posisi super dekat itu sama sekali.

Rosé mengalihkan pandangannya ke arah lain. Kemana saja, yang penting matanya tidak bisa melihat wajah tampan pria yang berada tepat dihadapannya. Pria yang walau sudah berkali-kali menorehkan luka pada hatinya, namun jika berada terlalu dekat dengannya seperti ini, Rosé tidak bisa.

Jimin masih lah tetap menjadi kelemahan terbesarnya. Karena bagaimanapun, pria bermarga Park itu sampai saat ini juga masih merupakan penguasa hatinya. Jadi jangan heran jika semburat kemerahan perlahan-lahan mulai muncul pada pipi si gadis karena ditatap terus menerus oleh pria yang disukainya.

Melihat wajah Rosé yang merona karena dirinya, Jimin tersenyum penuh senang. Senang karena semburat itu muncul dikarenakan dirinya. Bukan karena disebabkan pria lain, hal itu terjadi hanya karenanya. Dengan begitu Jimin dapat mengetahui kalau perkataan gadis Park itu pada beberapa menit yang lalu adalah sebuah kebohongan.

Rosé masih mencintainya. Semuanya terlihat begitu jelas walaupun Rosé telah menyangkalnya, dengan mengatakan bahwa gadis itu tidak lagi mencintai Jimin.

Jimin tahu, Rosé itu merupakan tipe seseorang yang tidak mudah melupakan. Apalagi melupakan perasaannya pada Jimin yang notabene-nya menempati tempat tinggal yang berada begitu dekat dengan kediamannya.

Dan pertemuan itu bahkan begitu sering terjadi, tanpa disengaja. Seolah keadaan pun ikut mencegah Rosé untuk dapat melupakan Jimin. Karena setiap kali mereka bertemu, rasa berdebar itu terus muncul secara tiba-tiba tanpa diminta.

Namun lagi-lagi Rosé membohongi perasaannya sendiri, Rosé tidak ingin mengakui bahwa ia merasa senang saat mendengar sederet kalimat yang baru saja Jimin katakan. Alasannya karena ia tidak percaya semua itu. Terasa begitu mustahil jika Jimin juga menyukainya.

"Tidak mungkin." gadis itu melepas rengkuhan tangan si pria pada pinggangnya, kembali mendorong pelan tubuh Jimin menjauh untuk setidaknya memberikan jarak yang cukup agar ia dapat menghirup lebih banyak udara segar. "Itu mustahil. Kau tidak mungkin menyukaiku."

Rosé beranjak dari hadapan Jimin. Melangkahkan kakinya cepat menuju pintu agar dirinya dapat segera keluar dari kamar tersebut, yang sebenarnya penyebab utama mengapa ia ingin cepat-cepat pergi dari tempat itu adalah karena ia berada didalam sana hanya berdua bersama Jimin. Tidak ada orang lain. Hanya Rosé dan Jimin.

Tepat selangkah lagi ia dapat pergi dan terbebas dari Jimin, pergelangan tangannya sudah lebih dulu ditarik dan tubuhnya dibawa bersandar pada pintu. Bukan bersandar, lebih tepatnya Jimin kini mengunci tubuh Rosé dibalik pintu kamar yang sudah terkunci rapat.  Seakan tak membiarkan Rosé pergi ataupun lolos darinya kali ini.

CRAZY OVER YOU [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang