Dua Puluh Tiga

282 54 15
                                    

Selamat membaca ❤️

***

Sebuah cahaya menyilaukan begitu mengganggu mata Cattleya. Cahaya itu makin dekat bersamaan dengan suara mesin kendaraan yang terdengar di telinganya.

Cattleya mengerjap, berusaha membuka kelopak matanya tapi begitu berat. Tubuhnya terasa begitu lemas. Rasanya seluruh tulangnya remuk dan sakit. Entah apa yang terjadi sebelum ini, tapi yang jelas, satu yang dia ketahui. Dirinya sedang berbaring di atas rerumputan dengan beberapa tanah menempel di bagian tubuhnya.

Cattleya mencoba bergerak, tapi belum sempat dia menggeser posisi tubuhnya, dia justru merasa tubuhnya melayang. Seseorang--entah siapa-- mengangkat tubuhnya, membawanya ke dalam dekapan.

Selanjutnya, di detik kesadarannya yang kembali memudar, Cattleya merasakan tubuhnya di selimuti sebuah kain yang sepertinya adalah pakaian dari seseorang. Pakaian beraroma pinus yang segar dan maskulin.

Siapa dia? Siapa yang sedang membawanya? Cattleya berusaha membuka mata. Dia harus tahu. Dia tidak boleh terus kehilangan kesadaran.

Ayo buka matamu, Cattleya! Buka mata!

Bangun!

Bangun!

"Bangun."

"Kak, bangun, kak!"

"Kak Leya, bangun!"

Mata Cattleya terbuka sempurna, dengan deru napasnya yang terengah-engah.

"Kakak mimpi buruk lagi?" Pertanyaan Kaira tidak langsung dijawab oleh Cattleya. Gadis itu masih berusaha menormalkan napas dan memahami semuanya.

Ya Tuhan, kepingan ingatan tentang kejadian itu kembali hadir. Seperti puzzle rumit yang semakin sulit disatukan.

"Sekarang jam berapa?" tanya Cattleya.

"Setengah satu." Kaira kembali menarik selimut.

"Kakak harus pergi."

"Hah? Nggak bisa nunggu pagi? Ini tengah malam, Kak."

"Nggak bisa. Ini penting," jawab Cattleya yang langsung bangkit dari ranjang, membuat suara berdecit pada benda yang memang sudah usang itu.

Cattleya mengganti pakaiannya, membawa beberapa barang pada sling bag-nya, kemudian benar-benar bersiap pergi.

"Ada uang di lemari, di dalam dompet kecil yang Kakak selipin di tumpukan baju kayak biasa. Ambil seperlunya buat makan sama uang saku kamu ke sekolah, jangan boros." Dia berpesan pada Kaira, sebelum akhirnya benar-benar keluar kamar setelah melihat anggukan malas dari adiknya itu.

"Kenapa Kakak nggak pernah cerita apa pun sama aku sih, Kak? Aku tahu selama ini aku cuma bisa nyusahin tapi setidaknya aku bisa dengerin kesusahan Kakak. Kenapa Kakak selalu mau menanggungnya sendiri?" Kaira bermonolog sendiri setelah mendengar suara mesin motor Cattleya yang menjauhi rumah.

Kaira sadar dia begitu kekanakan. Hidupnya bergantung sepenuhnya pada Cattleya. Namun, jauh di dalam lubuk hati Kaira, dia sangat menyayangi kakaknya itu. Dia tahu Cattleya selama ini kesusahan menopang hidup mereka.

Gadis remaja itu mengambil ponselnya di atas meja. Setidaknya dia mungkin bisa membantu Cattleya dengan cara ini.

Kaira:
Kak Jun, Kak Leya pergi tengah malam gini, nggak tahu kemana. Dia habis mimpi buruk.

***

"Mau ke mana kamu?" Suara bariton mengagetkan Juno yang baru saja hendak membuka pintu menuju garasi mobil.

Deal with Mr. Celebrity (Tersedia dalam Bentuk Buku dan PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang