Dua Puluh Tujuh

295 55 25
                                    


Selamat membaca ❤️ 😊

***

"Jangan gitu! Aku takut Juno kenapa-kenapa kalau kecelakaan begitu. Kejadian sama Marvelo waktu itu aja aku jantungan parah," protes si perempuan.

"Mau kamu gimana sih? Kalau Juno harus mangkir dari acara, dia butuh alasan mendesak. Salah satu alasan mendesak adalah sakit. Cara bikin Juno sakit paling cepet ya bikin dia kecelakaan. Mumpung dia lagi di jalan juga sama Pak Yus," ujar si laki-laki.

Si perempuan mendesah sedikit tidak rela tapi kemudian, dia berkata, "Ya udah, tapi jamin ya Juno nggak bakal mati."

"Beres! Lagian kalau Juno mati, RIP juga buat bisnisku."

Kejadian selanjutnya yang Rangga ketahui adalah si laki-laki menelepon seseorang seperti minta bantuan atas rencana gila itu. Dari balik pintu, yang tidak tertutup rapat itu, Rangga mengepalkan tangan. Rahangnya mengeras karena emosinya tersulut.

Sebenarnya, niatnya ke kantor manajemen Dion adalah untuk membicarakan kelanjutan promo album Juno dan beberapa konser artis lain. Namun, sebuah fakta gila justru tak sengaja dia ketahui.

Rangga benar-benar tidak menyangka jika dua orang yang selama ini dekat dengan Juno, begitu kotor. Terlebih, yang membuat Rangga seketika meradang adalah, mereka mencatut nama Cattleya.

Sambil melangkah pergi dari depan ruangan Dion, Rangga melakukan panggilan.

"Halo, konser di Bali nanti malam yang bintang tamunya Herjuno, siapa yang tangani?" ujarnya kepada orang ditelepon.

"Bilang, kita ganti konsep. Saya sendiri yang akan atur ulang."

Rangga memberikan instruksi via telepon dengan cepat seiring dengan langkah kakinya yang setengah berlari menuju parkiran. Ini akan menjadi hari yang panjang dan melelahkan.

***

Kaira menangis tersedu-sedu setelah mendengar cerita Cattleya. Sepanjang cerita, Kaira yang biasanya ceriwis, menjadi diam seribu bahasa. Dia benar-benar tidak menyangka jika begini kenyatannya.

"Kai, jangan nangis. Kakak nyesel udah cerita kalau kamu nangis terus." Cattleya mengguncang-guncang bahu Kaira yang sejak setengah jam lalu hanya membenamkan wajah di antara kedua lututnya sambil sesenggukan.

"Kamu tetap adikku. Aku nggak peduli sama laki-laki yang ngaku papa kandungku itu. Aku nggak akan ninggalin kamu, Kai."

"Udah ya, nangisnya." Cattleya memperhalus intonasinya.

"Aku juga nggak peduli, Kakak ini anak siapa. Kakak tetep kakakku." Kaira mendongak, mencoba menyeka air matanya yang masih mengalir deras.

"Aku cuma ngerasa nggak berguna sebagai adik. Gimana bisa aku nggak tahu Kakak ini korban pelecehan seksual? Ya Tuhan, Kak. Jadi itu penyebab Kakak selalu mimpi buruk hampir tiap malam?" Kaira kembali histeris.

"Sshh... Udah, Kai. Semua udah lewat." Cattleya menarik adiknya ke dalam pelukan.

"Tapi trauma Kakak nggak bakal lewat."

Ditengah tangis akibat obrolan kedua kakak beradik itu, suara ketukan pintu tiba-tiba terdengar. Ketukan yang terdengar tergesa dan riuh.

"Kakak yang buka pintunya. Aku nggak mau keluar, mukaku lagi jelek habis nangis." Kaira mengoceh dengan wajah lucu seperti biasanya.

Cattleya pun terkekeh. "Iya, Kakak bukain. Kamu cuci muka sana."

Cattleya pun bangkit menuju pintu. Sosok lelaki yang tadi setelah subuh dia temui, berdiri di sana saat pintu terbuka.

Deal with Mr. Celebrity (Tersedia dalam Bentuk Buku dan PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang