Satu

911 101 51
                                    

Seorang anak kecil dengan seragam serba hitam berjalan dengan senyum mengembang sambil menggandeng tangan ayahnya. Dengan tangan kirinya yang bebas, anak itu menjinjing kotak berwarna putih yang diletakkan dalam kantong plastik.

"Bu Leya!" Teriaknya saat menangkap sosok perempuan dengan rambut kuncir kuda yang berdiri sekitar lima meter darinya. Sejurus kemudian, anak itu berlari kecil menuju perempuan yang memakai pakaian yang sama dengannya itu.

"Ken, pelan-pelan, Nak!" Sang Ayah berteriak sambil mengekor dengan mempercepat langkah.

"Hai, Kenzie. Sudah kembali dari berpetualang?" Perempuan yang tadi dipanggil langsung berlutut menjajari anak laki-laki bernama Kenzie itu.

Kenzie mengangguk. "Apa Ken tertinggal banyak jurus, Bu Leya?" Tanyanya polos.

Perempuan yang dipanggil Bu Leya itu tersenyum. "Kamu berpetualang terlalu lama, jadi mungkin agak tertinggal. Tapi karena kamu anak hebat jadi ...."

"Ken nggak perlu khawatir karena Ken pasti bisa!" Anak itu justru berseru sendiri melanjutkan kalimat yang Leya katakan dengan bersemangat.

"Oiya, ini buat Bu Leya." Kenzie menyodorkan kotak yang dia bawa.

"Ini apa?"

"Kata Ayah, kue manis buat Bu Leya yang tak kalah manis."

"Ssst... Kenzie!" Sang Ayah yang sudah berdiri di belakangnya terlihat memperingatkan Kenzie sambil mencolek bahu anak itu.

"Iiih... Ayah malu-malu. Udahlah, Ken mau sapa teman-teman dulu. Daaah Ayah." Kenzie pun berlari kecil menuju teman-temannya yang duduk berkerumun di tengah-tengah pendopo padepokan.

"Dia selalu bersemangat kalau akan berangkat berlatih silat," gumam Ayah Kenzie. "Padahal baru praktik dua jurus juga dia sudah kelelahan."

"Apa kondisi Kenzie membaik, Pak?"

Ayah Kenzie menghela napas. "Ya seperti itu. Membaik, kambuh, masuk rumah sakit, pulih, kambuh lagi, begitu terus entah sampai kapan."

Cattleya menatap sendu pada laki-laki berkemeja biru muda itu. Seorang pengusaha event organizer yang sibuk, single Dad, dengan anak yang mengidap kelainan jantung bawaan dari lahir, namun tetap berusaha bahagia menjalani hari-harinya dan selalu ada untuk anaknya.

Aah, Cattleya jadi rindu ayahnya.

"Saya berharap, Kenzie akan semakin jarang berpetualang." Ya, berpetualang yang Cattleya bicarakan dengan Kenzie tadi hanyalah istilah. Setiap Kenzie kambuh dan harus dirawat di rumah sakit, itulah berpetualang.

"Aamiin. Terima kasih sudah menerima anak saya di padepokan ini. Ya, meskipun dia juga tidak bersungguh-sungguh untuk jadi pesilat."

Pikiran Cattleya langsung bergulir pada empat bulan lalu bagaimana Ayah Kenzie memohon agar anaknya bisa ikut latihan dengan kondisinya yang begitu. Dia mengatakan kalau latihan silat hanya untuk menghiburnya.

"Itu siapa?" Tanya Ayah Kenzie sambil menunjuk ke arah seorang laki-laki yang juga berseragam serba hitam seperti Cattleya dan anak-anak.

"Namanya Tomi. Dia akan menggantikan Saya mengajar anak-anak, Pak."

"Menggantikan?"

"Ya, ini hari terakhir Saya. Mulai besok, Saya harus bekerja full time  di tempat lain."

Raut Ayah Kenzie berubah sedikit kecewa. "Saya boleh tahu di mana?"

"Kata atasan Saya, Saya harus memberikan pengawalan pada seorang artis."

"Tunggu! Pengawalan?" Ayah Kenzie terkejut.

Cattleya tersenyum melihat ekspresi itu. "Ya. Saya memang bergabung dengan NS Security Services setahun terakhir, Pak. Biasanya Saya hanya diminta memberikan pengawalan part-time jadi masih bisa mengajar anak-anak tapi kali ini saya ditempatkan untuk permanen."

Deal with Mr. Celebrity (Tersedia dalam Bentuk Buku dan PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang