Selamat membaca 😊😊
***
"Saya minta maaf. Saya memang bersalah sudah menyuruh orang untuk menguntit dan mengikuti kamu, tapi ...." Rangga menjeda, mengumpulkan keberaniannya. "Tapi ini tidak ada urusannya dengan Herjuno."
"Jadi?"
"Ini semua karena kamu." Rangga benar-benar merasa sangat nekat.
"Saya? Tapi kenapa?"
"Karena saya mencintai kamu."
Cattleya tertawa. Benar-benar tertawa setelah mendengarkan pernyataan cinta dari Rangga.
Jujur saja, Rangga memang penasaran dengan suara tawa Cattleya karena sekalipun dia belum pernah benar-benar melihat tawa gadis itu. Namun, tidak di saat seperti ini. Tidak saat dia mengharapkan jawaban serius dari gadis tomboi nan cantik itu.
"Pak Rangga sedang melawak? Atau ... mencari alasan karena sudah tertangkap basah?" Cattleya mengembuskan napas beberapa kali agar sisa tawa menghilang.
"Maaf, Pak Rangga, alasan Bapak, tidak logis," lanjut Cattleya kembali memasang raut sinis.
"Memangnya ada cinta yang logis? Tidak akan ada istilah cinta itu buta kalau mencintai adalah urusan logika." Rangga menatap Cattleya lekat. Dia seolah ingin perempuan itu benar-benar melihat matanya agar tahu bahwa Rangga sedang tidak bercanda apalagi berbohong.
"Saya mencintai kamu. Tidak ada kebohongan soal itu." Nada suara Rangga merendah. "Maaf kalau cara saya mencintai kamu itu salah. Saya hanya tidak tahu harus memulai semua itu dari mana. Kamu tahu, saya bukan anak remaja lagi."
Tatapan Cattleya benar-benar terkunci. Dia terjebak pada bola mata hitam pekat yang sialnya, benar-benar menyiratkan kejujuran itu.
Tiiin!
Suara klakson mobil belakang membuat Cattleya terlonjak hingga tersadar dari lamunannya. Setelah menormalkan napas, Cattleya menoleh pada Pak Yus yang mulai menjalankan mobil kembali.
Tunggu! Bukan Pak Yus yang berada di jok sebelahnya, di balik kemudi, melainkan Herjuno. Pantas saja klakson mobil belakang meraung-raung. Juno memang tidak terlalu mahir menyetir.
"Sejak kapan kamu ...." Cattleya menggantung kalimatnya kemudian menoleh pada jok belakang. Tidak ada orang di sana.
"Tunggu! Isabella, Pak Yus, ke mana?" tanya Cattleya bingung. Pasalnya, mereka pulang bersama dari kafe tadi. Tetap pada formasi seperti saat menuju kafe karena wartawan masih belum lelah mengejar.
"Isabella sudah aku antar ke kantor manajemennya. Pak Yus ...." Juno menjeda untuk berkonsentrasi memutar kemudi dan berbelok. "Aku minta Pak Yus pulang."
"Tapi, tadi ... Emm, maksudku ... mereka ...."
"Ya, melamun memang menyenangkan, Cattleya. Apalagi yang dilamunkan adalah orang spesial yang baru saja ditemui. Aah, pasti indah. Rasanya tidak mau lepas dari pikiran tentangnya."
Cattleya tahu Juno sedang menyindir. Bagaimanapun, dia memang bersalah. Melamun adalah hal fatal yang tidak seharusnya dia lakukan karena pekerjaannya menuntut konsentrasi.
"Maaf," lirih Cattleya.
Tidak ada jawaban dari Juno.
"Maafin aku, Jun. Nggak seharusnya aku melamun."
Juno tetap diam. Lelaki itu menatap lurus ke jalanan dengan ekspresi tak terbaca.
"Jun, aku benar-benar minta maaf. Aku .... Aduh!" Kalimat Cattleya tidak selesai karena tubuhnya lebih dulu terpelanting akibat Juno yang menghentikan mobil mendadak. Beruntung, jalanan yang dilalui sekarang tidak padat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Deal with Mr. Celebrity (Tersedia dalam Bentuk Buku dan PDF)
General FictionTersedia dalam bentuk PDF dan novel cetak dengan ekstra part lengkap. Herjuno Pramudya Adi-- posisinya sebagai putra dari pasangan artis senior tidak serta-merta membuat kehidupannya menjadi mudah. Tekanan untuk menjaga ketenaran dan nama baik, memb...