Lima Belas

336 66 25
                                    

Selamat membaca ❤️😁

**"

"Siapa nama kamu tadi?" Tanya Rizal seolah berharap dia tadi salah mendengar.

"Cattleya ... Cattleya Jelita."

Rizal memijit keningnya saat mengingat nama itu. Nama yang  kemarin kembali dia dengar setelah bertahun-tahun. Sungguh, dia tidak pernah menyangka, akan bertemu dengan gadis itu secepat ini. Gadis yang sesungguhnya memang dia cari.

Cattleya. Perasaan Rizal campur aduk mengingat nama itu. Dadanya menghangat. Ada letupan kebahagiaan, sekaligus kesedihan di sana.

"Masuk," ucap Rizal setelah berdeham keras, berusaha menetralkan perasaannya saat seseorang di luar mengetuk pintu ruangan sementara yang dia tempati di kantor NS Security Services.

"Pak Ical nyari saya?" Tanya seseorang yang baru saja muncul dari balik pintu.

Rizal mengangguk. "Duduk, Tam."

Tama pun duduk di kursi yang berseberangan dengan Rizal. Sekilas dia mengamati raut lelaki paruh baya di hadapannya, terlihat serius dan gusar. Padahal biasanya, Rizal adalah sosok yang cukup jenaka.

"Seberapa dekat kamu dengan Cattleya?" Pertanyaan itu langsung dilontarkan Rizal. Sejak kejadian kemarin, dia mencoba mencari tahu soal Cattleya melalui daftar riwayat hidupnya di bagian Agents' Skills and Capabilities, tapi semua data hanya terkesan formalitas. Tidak ada keterangan lengkap mengenai kehidupan gadis itu. Karena itu, dia memanggil Tama yang dia ketahui sebagai teman Cattleya.

"Maksud, Pak Ical?" Jujur saja, Tama kaget dengan pertanyaan itu.

"Jawab saja."

"Kami hanya teman kerja." Tama akhirnya menjawab sekenanya.

"Apa yang kamu tahu tentang dia?"

Tama mengendikkan bahu. "Cattleya bukan tipe orang yang biasa membicarakan hal-hal pribadi, Pak. Jadi, hampir setahun kami berteman, tidak ada percakapan apa pun di luar pekerjaan."

Rizal menghela napas. Dia menatap Tama lekat. "Sama sekali tidak ada?" Rizal kembali menekan. Raut mengintimidasi langsung ditangkap oleh Tama.

"Saya hanya tahu, dia yatim piatu dan tinggal hanya berdua dengan adiknya."

Rizal menaikkan satu alisnya, kemudian tersenyum. "Ada lagi?"

Tama menggeleng. "Hanya itu, Pak. Saya bertemu Cattleya terakhir kemarin. Dia sepertinya bermasalah dengan bosnya, Herjuno, penyanyi terkenal, putra musisi Hernan Adi." Tama menjeda, dia terlihat mengingat-ingat sesuatu.

"Saya mengenal Cattleya karena kita satu angkatan saat masuk NS Security Services. Dia satu-satunya kandidat wanita saat tes untuk agen lapangan. Saat itu kebetulan kami duduk bersebelahan sewaktu tes kemampuan bahasa asing." Tama kembali menjeda. Dia kembali mengingat, "Saya sempat bertanya, kenapa dia tidak melamar posisi lain, customer care misalnya yang lebih lazim untuk perempuan. Dia bilang, dia tidak cukup ramah. Dia lebih baik meninju seseorang daripada harus mengulas senyum palsu."

Tanpa sadar, Rizal pun tersenyum mendengar penuturan Tama mengenai Cattleya. "Kamu menyukainya?"

Sontak, Tama terkesiap. Dia merasa diberondong pertanyaan mematikan sejak tadi. Dia mencoba tersenyum, kemudian menjawab, "Kami hanya berteman. Lagi pula Cattleya sepertinya tidak tertarik dengan hal-hal sentimentil."

Rizal kembali tersenyum. "Kalau dia tertarik?"

Sialan! Tama makin terpojok saja. Terlepas dari bagaimanapun perasaannya pada Cattleya, pertanyaan Rizal tetap saja membuat siapa saja gugup.

Deal with Mr. Celebrity (Tersedia dalam Bentuk Buku dan PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang