Dua Puluh

309 59 30
                                    

Selamat membaca ❤️
Vote dulu yukk!!!

***

"Aku nggak nyangka banget viewers-nya bisa secepat itu naik. Thanks, Juno, udah setuju buat duet sama aku," ucap Isabella dengan mata berbinar. Bahkan, karena begitu bersemangat, perempuan itu memegangi tangan Juno, menggenggam lengan kokoh itu. Dia menggandeng tangan Juno sejak turun dari panggung.

Juno tersenyum tipis. Perlahan, dia melepas pegangan tangan Isabella sambil berkata, "You deserve it. Suara kamu bagus, kualitas kamu nggak diraguin, kami juga-- cantik."

Pujian dari Juno membuat Isabella makin berbinar. Namun, sebelum perempuan itu kembali berbicara, ponsel Juno bergetar dalam saku celananya.

Sedari pagi, Juno memang terus memegang ponselnya sendiri. Padahal biasanya, dia selalu meninggalkan benda itu pada Metta saat dia sedang perform.

"Iya, bagaimana?" Sapa Juno pada peneleponnya.

"Tama menemukan lokasi pengirim pesan kamu yang semalam."

Ekspresi Juno langsung menegang tapi dia buru-buru menetralkan semuanya karena sadar ada Isabella di dekatnya. Dia pun mengangkat tangan, memberi isyarat pada Isabella untuk permisi menjauh dan membiarkan gadis itu menuju ruang talent lebih dulu.

Isabella mengangguk sambil tersenyum. Sementara Juno menerima telepon, gadis itu melangkah pergi menuju toilet. Dia terlihat mencuci tangan kemudian merapikan rambutnya dengan jari sembari menunggu seseorang di dalam bilik toilet keluar. Karena dua toilet di sana, pintunya tertutup.

Tak lama, terdengar suara flush  diikuti dengan salah satu pintu toilet terbuka. Seorang perempuan dengan stelan blazer dan celana serba hitam, keluar dari sana.

Mata Isabella memandangi perempuan itu dari pantulan cermin wastafel. Entahlah, baginya, perempuan itu terlalu cantik untuk menjadi seorang pengawal, ya, meskipun tidak secantik dirinya yang begitu terawat ini.

"Ada masalah, Nona?" Tanya perempuan itu, mengangetkan Isabella.

"Ya?"

"Anda terus memandangi saya. Ada masalah?" Tanyanya mempertegas.

"Sejak kapan kamu kerja sama Herjuno?" Isabella bertanya sambil melipat tangan di depan dada.

"Belum lama," jawaban itu beriring dengan suara kran wastafel.

"Siapa nama kamu?"

"Cattleya."

Isabella mengangguk. "Senang kerja dengan Herjuno?"

"Biasa saja."

Isabella tersenyum meremehkan. "Pasti senang. Kamu bisa menempel dengannya sepanjang hari. Kapan lagi bisa bersama musisi terkenal, tampan, dan populer."

"Aah, iya. Tentu saja," jawabnya berganti menyungging senyum asimetris menatap Isabella tanpa takut. "Lebih dari sekedar bersama sepanjang hari. Terkadang, kami juga bersama sepanjang malam."

Mata Isabella melebar. "Maksud kamu?"

Perempuan itu hanya mengendikan bahu. "Menggelikan sekali jika seorang Isabella Zalina terlihat terganggu karena seorang bodyguard rendahan seperti saya."

"Saya tidak terganggu!" Isabella meninggikan suara.

Cattleya tersenyum asimetris. Dia hendak pergi saja karena malas meladeni Isabella. Namun, saat dia hendak meraih tuas pintu, seseorang yang tadi berada di bilik toilet lain, hampir saja menabraknya karena buru-buru keluar.

Deal with Mr. Celebrity (Tersedia dalam Bentuk Buku dan PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang