Chap 28

44 7 0
                                    

"Halo nona manis," sapa seorang pria sambil sambil tersenyum manis pula.

Seorang gadis itu kembali membalas sapaan hangatnya dengan senyuman yang lebar.

Sudah hampir dua minggu mereka menjalani pekerjaan yang sehobi itu secara bersama-sama. Tak heran jika mereka sudah bisa sedekat ini, apalagi sikap baik Galang membuat Anggun selalu merasa yakin bahwa Galang adalah pria yang baik.

"Anggun, lo sekolah dimana?" tanya Galang mulai penasaran.

"Yadika, " jawab Anggun sambil membereskan peralatannya itu.

Raut wajah Galang sama sekali tidak menggambarkan apa-apa. Ekspresinya begitu datar, satu nama yang terlintas di otaknya saat ini yaitu Raga. Gadis yang ada di depannya sekarang pasti mengenal Raga, siapa yang tidak mengenal Kakak tirinya itu. Pembawa onar di satu sekolah, pasti semua kenal termasuk gadis yang kini bersamanya. Tapi ya sudalah, tidak penting membahas orang itu, pikirnya.

"Lo?" Anggun bertanya balik kepada Galang.

"Angkasa," jawab Galang.

"Oh, berarti lo kenal dia?" ujar Anggun sambil menunjukan gadis yang ada di meja kasir.

Galang mengikuti arah telunjuk Anggun, lalu dia menggelengkan kepalanya. Dia sama sekali tidak mengenal gadis yang ada di meja kasir itu.

"Masa?"

"Iya, ga kenal."

"Dia juga sekolah di Angkasa," ujar Anggun

"Namanya?"

"Clara."

Galang sama sekali tidak pernah mendengar nama tersebut, dia berusaha mengingat kembali tapi dia merasa belum pernah bertemu gadis itu sebelumnya.

Anggun tersenyum tipis. "Ga usah dipaksa untuk mengingat, lo ga kenal mungkin karena dia bukan anak populer kayak lo."

"Bisa aja lo kalo ngomong."

"Eh gue balik ya, udah malem banget." pamit Anggun sembari menggendong gitarnya itu.

"Gue anter, mau?" tawar Galang.

Anggun sedang berfikir mempertimbangkan tawaran itu. Mengingat kembali Raga yang tidak bisa menjemputnya malam ini, membuat dirinya menyetujui tawaran Galang. Itung-itung menghemat ongkosnya. Pikirnya

Anggun menyetujui tawaran itu. "Boleh,"

"Tumben, biasanya ga mau."

"Yaudah deh ga jadi."

"Eh eh, bukan gitu maksudnya... " ujar Galang sambil menarik tangan Anggun.

Anggum terkekeh pelan. "Yaudah ayo," ajak Anggun

°°°

Seorang gadis berjalan menuju cafe melody. Ingin sekali menyusul temannya di sana dan melihat penampilannya malam ini. Pintu cafe terbuka lebar menyambut kedatangannya. Tetapi langkahnya berhasil berhenti, sorot matanya menangkap Galang dan Anggun di parkiran.

Tubuh gadis itu kaku, seolah-olah aliran darahnya berhenti. Kedua sorot matanya masih tertuju ke arah mereka, hatinya begitu sakit saat melihat mereka tertawa bersama. Tanpa disadari, matanya mengeluarkan satu tetes air mata dan membasahi pipinya yang mulus itu. Segera dia menghapusnya.

Senyuman tipis terbentuk di bibirnya, tatapan sendu kini berubah menjadi sinis. Rasanya ingin sekali membunuh gadis itu, tapi dia masih memikirkan nasibnya sendiri.

Gadis itu mengambil ponselnya dan mencari sebuah nama di kontaknya, segera dia memanggilnya.

"Halo,"

The Wound (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang