Chap 39

47 2 0
                                    

Anggun memasuki toilet dan terlihat sudah ada Gaby disana, Anggun tersenyum ke arah Gaby yang ada di depannya. Seperti biasanya gadis itu hanya memainkan mata malas ke arahnya. Sudah biasa mendapat perlakuan seperti itu dari orang yang kelasnya jauh dari dia.

Gaby mencuci tangannya sambil menatap dirinya di cermin. Anggun berusaha ingin memulai pembicaraan. Hari ini kedua kalinya mereka bertemu di sekolah, bagi Gaby hal ini sungguh memuakan.

"Gue harap gue ga ketemu lo hari ini untuk ketiga kalinya. " ujar Gaby

Anggun menghembuskan napas kasar. "Sebegitu bencinya kah lo sama Gue?"

Arah pembicaraan semakin serius. Gaby tertawa menyeringai ke arah Anggun, dan tatapapan sengitnya tertuju ke arah Anggun.

"Iya." jawab Gaby tanpa beban.

Anggun menelan salivanya dalam-dalam. Dan berusaha menahan emosinya. Anggun sadar mereka sama-sama keras kepala saat beradu mulut seperti ini, padahal niat Anggun hanya ingin berteman baik dengan dia walaupun kasta mereka berdua sangatlah berbeda jauh, tapi apa salahnya untuk mencoba.

"Gue cuman mau kita berteman baik." Anggun mengulurkan tangannya ke arah Gaby.

"Gue ga mau." jawab Gaby cepat

"Orang miskin kaya gue emang ga pantes temenan sama lo. Tapi satu yang harus lo tau, gue tulus mau jadi temen dekat lo. Walaupun gue emang ga pantes."

"Ck,"

Gaby melangkahkan kakinya.

"Lagi-lagi lo ninggalin gue saat gue belum selesai biacara sama lo." tukas Anggun

"Omong kosong lo ga penting semua."

"Gaby, gue jujur sama lo. Gue deketin lo karena perlu informasi tentang Prilly. Gue mau nangkep siapa pelakunya. Gue capek harus pura-pura baik sama lo, gue muak harus mohon-mohon sama lo terus, gue capek diter--" Anggun mengantungkan ucapannya, sepertinya bukan saatny untuk memberi tahu bahwa dia diteror.

"Udah?"

Anggun mengehembuskan napas gusar.

"Kita bisa kerja sama. Gue yakin pelakunya ga jauh dari sini, emang lo rela sahabat lo mati gitu aja dengan keterangan palsu?"

"Kerja sama? Ngapain gue harus kerja sama dengan orang yang gue benci."

"Gab, ngapain sih lo harus benci sama orang miskin kayak gue?!"

"Gue ga pernah bilang gua benci lo karena lo miskin, lo yang dari awal beramsumsi seperti itu. Gue benci lo karena Raga suka sama lo. Puas?"

"Raga?"

Sungguh pengakuan yang menyakitkan bagi Anggun. Ternyata dekat dengan Raga bukan berarti suatu kemenangan bagi Anggun. Banyak yang menyukai Raga, memang jika dibandingkan dengan dirinya gadis yang di depannya lebih layak untuk Raga. Belum lagi akhir-akhir ini Raga juga dekat dengan Felly.

Akan kah semuanya balik seperti semula? Dimana seorang Raga yang cuek, dingin, berhati batu kembali lagi. Aish! Ini semua membuat Anggun gila.

"Gue iri sama lo, lo bisa mecahin gunung es Raga. Lo bisa bikin Raga perhatian sama lo dengan cepat, gue iri sama lo." ujar Gaby

Anggun menggelekan kepalanya. "Gue ga suka Raga. Raga juga ga suka gue."

Gaby tertawa sinis. "Bohong lo kurang rapih."

"Gab, gue bisa jauhin Raga, Gue bisa deketin lo sama Raga, Gue bi-sa... " jawab Anggun secara terbata-bata.

"Lo mau mengorbankan perasaan Raga, tega banget lo."

The Wound (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang