Chap 38

35 1 0
                                    

Malam kematian Prilly pukul 20.32

Anggun berjalan sambil menenteng gitar kesayangannya. Malam ini Raga tidak menjemputnya, karena ada urusan mendesak. Tadi pagi di sekolah juga Raga agak aneh tidak seperti biasanya. Ingin sekali rasanya bertanya tapi kembali lagi pada dirinya yang merasa gengsi itu.

Langkah Anggun terhenti, seperti ada yang mengikuti Anggun dari belakang. Gadis itu menengok ke belakang  tidak ada siapa-siapa disana. Gadis itu melanjutkan langkahnya. Rasa takut, dan penasaran kini tengah mengahampiri dirinya.

Anggun terus berjalan dengan gesitnya. Takut-takut orang yang mengikutinya memiliki niat jahat kepadanya apalagi sekarang jalanan begitu sepi. Sialan, seharusnya dia mengikuti apa yang Raga ucapkan kepadanya. Tadinya Satya diperintahkan untuk mengantar Anggun pulang, tapi dengan keras kepalanya Anggun pulang tanpa menunggu Satya datang. Aish!

Ditambah satu lagi penyesalannya pada malam ini, yaitu menolak ajakan Galang. Benar-benar sial!

Langkah Anggun semakin cepat, sampai tak sadar  langkahnya membawa Anggun menuju sekolahnya. Ini benar-benar lawan arah dari rumahnya. Dia harus mengelilingi jalanan pada malam hari ini agar bisa sampai pada rumahnya.

Sorot mata Anggun menangkap gerbang sekolah yang terbuka tanpa gembok. Dan melihat lampu kelas di lantai paling atas menyala. Hanya kelas itu yang terang menderang dibandingkan kelas yang lain tidak ada lampu yang menyala.

Sedikit merasa curiga, tapi bisa jadi Pak Ajo penjaga sekolah sedang bertugas. Tiba-tiba sebuah teriakan melengking dari arah kelas membuat dirinya melihat ke arah sumber suara, seorang perempuan menggunakan seragam Yadika terjatuh dari lantai atas.

Anggun menutup mulutnya dengan kedua tangannya itu, sambil menelan salivanya dalam-dalam. Dia benar-benar bingung harus melakukan apa. Yang pasti dia harus mengetahui siapa perempuan itu.

Anggun memutuskan untuk memasuki sekolah, tiba-tiba seseorang mendekap mulutnya dari belakang sampai gadis itu kesulitan bernapas.

"Jaga tindakan lo!" bisik orang itu.

Anggun memberontak keras, tapi rasanya benar-benar sulit sampai akhirnya orang itu membawa Anggun ke tempat yang jauh dari sekolah dan melepas Anggun.

"Brengsek! Lo mau bunuh gue?!" umpat Anggun sembari mengatur deru napasnya.

Orang itu memakai hodie hitam dan masker hitam, Anggun benar-benar tidak bisa melihat wajah dibaliknya, tanpa mengubris perkataan Anggun orang itu pun berlari pergi meninggalkan Anggun.

Sialan! Sekarang Anggun berada di halte sendiri, di satu sisi ada rasa ingin balik ke sekolah untuk menolong perempuan itu tapi di sisi lain dia harus memikirkan keselamatannya. Segera dia menelpon Raga untuk memintanya menjemputnya sakarang.

"Hal.. lo.. "

"Lo dimana?" Kenapa ga pulang bareng sama si Satya?!"

"Ga sini gue ta..kut.."

"Jangan kemana-mana sebelum gue dateng. Tunggu!"

Tuttt....

"Raga? Kok Lo matiin sih! Haloo?"

Sambungan terputus. Sialan! Umpat Anggun

Tanpa disadari dia menginjak sebuah sapu tangan lucu. Anggun membawanya, sorot matanya menangkap sebuah bercak darah yang ada di sapu tangan itu. Hatinya semakin gusar, tak karuan. Siapa yang punya? Apakah orang tadi?

Sepuluh menit berlalu Raga tak kungjung datang, hati Anggun masih terasa gusar tak karuan, waktunya untuk memastikan bahwa perempuan itu baik-baik saja. Anggun melangkahkan kakinya berniat untuk pergi kembali ke sekolah tiba-tiba seseorang memegang tangannya dan menahan langkahnya.

Anggun terkejut, ternyata Raga. Napas Anggun masih belum teratur dia masih membayangkan apa yang barusan dia lihat.

"Bandel banget sih lo! Gue bilang jangan kemana-mana." omel Raga kesal

Gelisah, panik, takut.

"Kenapa Gun?" tanya Raga penasaran

"Engg... ga... "

"Maaf telat. "

Raga memeluk Anggun. Raga juga bingung entah kenapa Gadis yang dipeluknya sama sekali tidak memberontak seperti biasa. Gadis itu malah menangis lemah di dekapannya.

"Lo nangis?" tanya Raga

"Gue mau pulang Ga." ujar Anggun pasrah.

•••


10 jam setelah kematian Prilly.

Anggun berjalan menuju gerbang sekolah. Ingin sekali dia menghapus semua ingatannya pada malam itu. Mengingat hal itu membuat Anggun sama sekali tidak berdaya. Serasa menjadi manusia paling kejam dan tak berprikemanusiaan. Saat diam tidak menolong perempuan itu tadi malam.

Dia tidak sangggup untuk datang ke sekolah sekarang, tapi dia berusaha untuk melewati semuanya.

Berita duka menyelimuti warga sekolah SMA Yadika. Di kabarkan seorang siswi SMA Yadika ditemukan tidak bernyawa di lantai tiga tepat di dalam ruangan kelas X-IPS 1.

Seluruh warga sekolah ricuh, saat menemukan Prilly siswi kelas XII- IPA 2 terdampar di lantai dengan beberapa sayatan di pergelangan tangannya. Betapa terkejutnya mereka saat melihat hal itu, terutama geng Trilly.

Pihak sekolah memutuskan untuk meliburkan sekolah, maka dari itu semua siswa-siswi yang sudah terlanjur datang ke sekolah tidak diizinkan untuk memasuki area sekolah karena kepolisian sedang menyelidiki kasus ini.

Tubuh Anggun diam membeku, saat mendengar info mengejutkan itu. Itu artinya...

Perempuan semalam yang jatuh dari lantai atas adalah Prilly. Anggun berpikir sejenak sambil memutar otaknya mencerna setiap kejadian demi kejadian yang terjadi. Pihak sekolah mengatakan bahwa mayat Prilly ditemukan di kelas X-IPS 1. Sedangkan tadi malam Anggun melihat dengan sangat jelas bahwa seorang perempuan menggunakan seragam Yadika terjatuh dari lantai atas.

Ini sama sekali tidak masuk akal. Bagaimana bisa Prilly yang sudah terjatuh ke lapangan sekolah, dan sekarang mayatnya ada di ruangan kelas.

Apa ada orang yang telah merencanakan ini semua?

Yeah, semua masih menjadi misteri.

Anggun melihat sudah ada Raga di depannya sekarang. Cowok ini seperti jalangkung, datang tak diundang pulang tak diantar. Raga melemparkan sebuah minuman kaleng ke arah Anggun, segera Anggun menangkapnya dengan reflek.

"Kenapa muka lo?" tanya Raga sambil mengikuti langkah Anggun, dan sekarang mereka berjalan beriringan.

Anggun menggeleng kuat sambil membuka minuman kaleng itu.

"Gapapa, btw thanks."

"Musuh lo sekarang udah pergi," ucap Raga tiba-tiba.

Anggun mengerutkan dahi, "Dia temen gue. Ga nyangka ya bisa meninggal dengan keadaan seperti itu?"

Raga tersenyum tipis. "Dia bunuh diri,"

"Dari mana lo tau?"

"Semua siaran TV isinya dia semua. Dan gue denger ada beberapa sayatan di pergelangan tangannya."


•••

gimana atuh part ini?
Jelas gaa?
Ada yg mau ditanyakan?

jangan lupa follow instagram
@dheboraa_

bakal difollback tenang...

The Wound (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang