Chap 24

96 15 1
                                    

Tok... Tok...

Suara ketukan pintu semakin keras. Apa yang harus Anggun lakukan? Membukanya saja rasanya sangat menakutkan baginya, dia akui sekarang mentalnya adalah mental tahu.

Tok... Tok...

Gadis itu membuka pintu secara perlahan tapi pasti, dan tak lupa menyiapkan senjata handalannya itu.

1

2

3

Crek...

Mata Anggun membulat melihat seseorang yang baru saja dia takutkan dari dalam rumahnya. Sebuah sapu yang dia pegang ke atas, kini dia turunkan dengan rasa sedikit malu.

"Punteun, go-food Teh," ucap seseorang itu dengan ramah, walaupun mungkin ada sedikit rasa kesal akibat lamanya Anggun membukakan pintu tersebut.

"Eh," Anggun mengerutkan keningnya.

Lelaki itu menyododorkan sebuah kresek ke arah Anggun, gadis itu hanya menerima dengan polosnya.

Yeah, seseorang yang dia takutkan tadi hanyalah seorang go-jek yang mengantarkan go food. Sungguh tak layak gojek seperti orang ini, bukankah bisa mengetuk pintu dengan sedikit sabar, bukan malah dengan penuh emosi. Untung saja pintu rumahnya tidak rusak. Pikir Anggun.

Masalahnya sekarang dia sama sekali tidak memesan go food. Bukankah sedari tadi di dalam rumah dia hanya membuka hp, itupun dia sama sekali tidak membuka aplikasi go-jek, hanya aplikasi Whatsapp saja.

Lelaki itu pergi dengan wajah polos meninggalkan Anggun, bukannya meminta maaf karena sudah membuat jantung gadis itu hampir copot, ini malah pergi dengan wajah tanpa dosa. Tak mau berlama-lama berada di luar, Anggun segera masuk membawa kresek tersebut dan senjata yang dia bawa dari dalam tadi. Anggun mengunci pintu rumahnya, lalu mengambil handphone-nya. Belum sempat dia mengetikan sebuah pesan ke kepada Raga, ternyata satu pesan singkat sudah mendarat di sana.

Udh ada yg dateng blm?

Dari pesannya saja sudah dipastikan bahwa Ragalah yang mengirimnya go food. Gadis itu membuka sebuah kresek putih tersebut, ternyata isinya adalah satu cup bandrek Mang Ahcuy. Namanya sudah tidak asing lagi di telinga Anggun, ini adalah bandrek yang pernah Raga belikan untuk Anggun, kedainya terletak tepat di persimpangan jalan lampu merah arah menuju cafe melody.

Betapa bahagianya Anggun saat mendapat kiriman go food dari Raga. Gadis itu tersenyum sendiri sambil menatap bandreknya itu, tidak peduli dengan keadaannya yang sedari tadi belum membersihkan tubuhnya yang basah kuyup itu, tanpa basa-basi Anggun segera menusuk cup tersebut dengan sedotan, diminumnya lah dengan dengan rasa bahagia.

Sekujur tubuhnya merasakan kehangatan dahsyat yang berasal dari bandrek itu. Biarkan bandrek yang menjadi saksi bahwa gadis itu telah menyimpan sebuah rasa, tapi entah untuk siapa?

Untuk Bandreknya?

Entah untuk pengirimnya?

Atau...

Untuk Mas gopudnya?

Semua itu hanyalah dirinya yang tau, tanpa dikasih tau juga kalian pasti sudah mengetahuinya.

The Wound (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang