Chap 15

131 52 2
                                    

Lengkung yang kini tersirat di wajah Raga. Sesekali dia menatap lurus ke arah lapangan, yang kini terdapat dua orang siswi sedang mengitari lapangan sambil berteriak sehingga menjadi pusat perhatian saat ini.

Satya mengikuti arah pandang Raga. "Si Anyun, emaknya dulu ngidam apa ya, semuanya aja dilawan emang bar-bar tuh cewek,"

"Anggun Sat," ujar Al membenarkan dengan wajah yang datar.

"Serah gue dong, ngomen mulu lo kerjaannya kea netizen,"

"Iya deh, biar cepet!"

Sedari tadi Raga terus memperhatikan Anggun, belum ada yang bisa mengalihkan pandangannya saat ini. Walaupun teman-temannya terus berbincang di dekatnya, tapi Raga memilih untuk diam memperhatikan pemandangan menyenangkan di depannya. Lucu, satu kata yang terlintas di pikirannya, kapan lagi dia bisa melihat Anggun seperti ini berlari dengan wajah yang terlihat kesal, walaupun keadaannya sekarang lesu dan kusut tapi dia tetap cantik.

Raga memutuskan pandangannya, dan tidak sengaja tatapan matanya bertemu dengan seorang gadis yang kini ada di sebelahnya, namun ada seseorang di tengah mereka berdua yang sedikit menghalangi, tapi Raga sama sekali tidak menghiraukannya.

Terlihat rambut panjang gadis itu terbang ditiup angin siang, senyuman yang manis terlukis di bibir gadis itu, senyuman yang pernah menghiasi hidupnya, senyuman yang selalu menjadi penyemangat, serta pernah menjadi sumber kebahagiaan bagi dirinya sendiri. Senyum itu tidak berubah, tetap indah walaupun kini senyumannya bukan untuk dirinya lagi.

"Hai!" sapa gadis yang kini berada di tengah.

Raga hanya menjawab sapaan itu dengan senyum, tapi pandangannya belum bisa beralih dari gadis yang tersenyum itu.

Seketika gadis itu sadar bahwa dia tengah diperhatikan oleh Raga, lalu menoleh sambil tersenyum tipis, senyuman aslinya kini pudar ketika melihat sosok Raga. Hal ini lah yang dibenci oleh Raga, semua kebahagian ada pada gadis itu, tapi entah kenapa semudah itu dia menepis kebahagiaannya dengan sekejap.

"Lihatin aja terus," goda Al

"Awas kepincut lagi," timpal Satya

Raga menghembuskan napas kasar, "Nggak semudah itu gue lupain!"

"Gamon."

Ucapan Satya berhasil mendapat tatapan sinis dari Raga, lalu dia berlalu pergi dan disusul oleh kedua temannya di belakangnya.

••••

Bel pulang sekolah berdering, membuat semua siswa-siswi kegirangan. Karena hanya ada dua hal yang selalu mereka harapkan di sekolah, yaitu bel istirahat dan bel pulang.

Sesuai ucapannya tadi, malam ini Anggun akan menginap di rumah Stela. Mereka melewati koridor sambil berbincang, tiba-tiba seorang cowok datang dan menghampiri mereka yang tengah berbincang sehingga membuat langkah mereka terhenti.

"Hai," sapa cowok itu ke arah Stela.

"Hai," balas Stela. "Ouh iya, hari ini kayaknya aku nggak bisa pulang bareng kamu soalnya aku mau pulang bareng temen aku, maaf ya sayang,"

What? sayang?

Anggun mengerutkan keningnya, sejak kapan Stela memiliki kekasih, pikirnya. Sepertinya dia tidak pernah bercerita tentang hal ini, dan Anggun juga kurang mengenali cowok itu.

Cowok itu mengacak rambut kriting Stela dengan lembut."Gapapa kok, besok-besok masih ada waktu kan."

Anggun merasa geli melihat adegan seperti ini, entahlah dia tidak suka dengan orang yang berpacaran alay seperti Fathur dan Prilly tadi, bahkan sahabatnya sekarang ikutan seperti mereka. Bukan iri, karena status dia saat ini masih jomlo tapi jujur saja itu menggelikan sekali menurutnya.

The Wound (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang