Chap 34

43 2 0
                                    

Hari ini jadwal pelajaran olahraga Anggun duduk di tepi lapangan sambil sedikit memperhatikan Raga dan teman-temannya yang sedang bermain basket di lapangan. Hari ini juga hari dimana Stella memulai kembali hidupnya. Gadis itu memberanikan diri untuk masuk sekolah sembari mencoba untuk tegar dan seolah-olah hidupnya tidak terjadi apa-apa. Walaupun menutup luka itu sangat berat.

Stella menghampiri Anggun sambil memberikan sekaleng minuman lalu duduk di sampingnya.

Stella menghembuskan napas pelan. "Enak ya jadi mereka, bisa lari-lari." ucapnya sembari melihat siswa siswi yang aktif berolahraga di lapangan.

Anggun membuka minuman kalengnya lalu meminumnya. "AHHHH!" serunya sambil menelan minumnya itu.

"Kadang gue mikir, ngapain gue lakuin hal bego itu." ucap Stella.

Anggun berdecak pelan. "Bukan hanya hal nya yang bego tapi lo juga ga kalah begonya."

"Gun gue lagi ga mood bercanda."

"Gue ga lagi bercanda, lagian gue udah pernah bilang beberapa kali kalo semua laki-laki itu brengsek."

"Ada satu orang laki-laki yang ga brengsek." ucap Stella menggantungkan kalimatnya.

"Siapa?"

"Ayah."

Anggun mengalihkan pandangannya ke sembarang arah. Dia bungkam saat mendengar ucapan terakhir Stella.

"Hm."

"Gue sayang sama Ayah gue, dia laki-laki hebat. Gue takut kalo sampai Ayah tau anaknya yang di rumahnya polos sekarang hamil duluan."

Stella mengalihkan pandangannya ke arah Anggun. "Apa nanti Ayah ga akan mengakui gue lagi sebagai Anaknya?"

Lagi-lagi Stella memikirkan hal ini, Anggun bingung harus meresponnya seperti apa. Jujur hatinya seakan-akan tersayat saat mendengar argumen Stella tentang seorang Ayah. Jalan pikirannya sekarang mengarah ke Ayahnya.

Sial! Dia sama sekali tidak sudi jika harus memikirkan sosok orang tua yang tidak bertanggung jawab seperti Ayahnya.

"Ada waktunya lo harus kasih tau semua ini," ucap Anggun

"Gue takut Gun."

"Lebih takut lagi kalo lo nutupin hal ini sampai kandungan lo gede."

Satu tetes air mata jatuh membasahi pipi Stella. Gadis itu tidak bisa menahannya. Tiba-tiba seseorang datang menghampiri mereka ke tepi lapangan. Segera Stella menghapus air matanya dengan gesit.

"Kalian ga olahraga?" tanya gadis itu ke arah Stella dan Anggun

"Panas." jawab Anggun cepat.

Sedangkan Stella hanya tersenyum simpul.

"Nanti nilai kalian dikurangi loh." ucap gadis itu

"Bodo amat," balas Anggun.

Stella menyenggol lengan Anggun dengan sikutnya. Tetapi Anggun memainkan mata malas ke arah Stella.

"Yaudah deh gue juga mau disini." ujar gadis itu.

Dia Felly. Entah kenapa Anggun merasa sedikit membenci gadis yang ada di depannya saat ini, dari awal sorot mata Felly seperti mengartikan sesuatu yang sulit dijelaskan oleh kata-kata.

Entah itu hanya perasaan apa hanya sekedar kecurigaan semata. Tapi dia akui diantara Gaby dan Prilly gadis ini lah yang masih memiliki rasa kepedulian antar sesama teman.

"Aduh duh, kepala gue sakit banget, Stell anter gue ke UKS dong!" ujar Anggun sambil mengajak pergi Stella dan meninggalkan Felly sendiri.

Stella hanya mengikut, sebenarnya dia merasa kurang enak kepada Felly. Ketika mereka berjalan, Stella menepis tangan Anggun dengan kasar.

The Wound (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang