Chap 36

40 1 0
                                    

Cowok, dia cowok, batin Anggun.

Anggun memundurkan langkahnya sedikit demi sedikit, dia tidak boleh mengambil langkah maju sedikitpun, selangkah dia maju satu detik dia menuju maut.

"Okei, gue mundur." ujar Anggun

"Lo bakal terus menderita." ucapnya.

"Lo siapa? Gue bisa laporan hal ini ke---"

BRUGHK!

Orang itu berusaha mencekik leher Anggun dengan kuat, sampai gadis itu kesulitan bernapas. Dia butuh pertolongan sekarang, dia belum siap mati.

"LE--PAsss... " ucap Anggun terbata-bata.

"Lo bakal mati sekarang!"

Lelaki itu semakin menguatkan cekikannya. Sial! Anggun tidak bisa bernapas, bagaimanapun juga dia harus tetap hidup, Anggun menendang kuat perut lelaki itu sampai tersungkur kebelakang. Dengan gesitnya dia membawa pisau yang tadi jatuh ke bawah.

Anggun mengatur napasnya, dia mengarahkan pisau tersebut ke arah lelaki itu. Sebodoh-bodohnya dia dalam pelajaran Bu rosa tetapi dia masih memiliki kecerdasan untuk menyelamatkan hidupnya sendiri dari maut.

"Diam atau mati?" ancam Anggun

Anggun melangkahkan kakinya dengan percaya diri. Kini giliran lelaki itu yang melangkah mundur menghindari serangan dari Anggun.

"Bunuh kalo berani," ucapnya

"Sialan!"

Anggun melempar kasar pisau tersebut dengan sembarang lalu dia berkacak pinggang ke arah lelaki itu dan berdecak kesal.

"Gini deh, buka kupluk lo!"

"Lo siapa sih? Gue ga ada urusan sama lo!" tukas orang itu risih.

"Gue yang ada urusan sama lo! Kenapa lo selama ini neror gue?!"

"Neror?"

"Buka kupluk lo?!"

Anggun membuka paksa kupluknya tersebut, Anggun benar-benar tidak mengenali sosok yang ada di balik kupluk tersebut. Wajah lelaki itu terlihat sangat baru di mata Anggun.

"Puas?" ujar lelaki itu.

"Siapa lo?"

"Muak gue dengernya, gue bukan siapa-siapa dan ga ada urusan sama lo!"

"Kalo lo ga ada urusan kenapa lo mau membunuh gue?!"

"Gue kira lo Felly."

"Felly?" tanya Anggun heran.

"Iya, tapi salah. Oke gue minta maaf."

Anggun masih tidak percaya akan situasi ini. Apakah cowo yang ada bersamanya saat ini benar-benar pelaku teror selama ini dan mencoba mengelabuinya sekarang.

"Gue ga percaya, sini handphone lo!" perintah Anggun.

"Eh mau apa?"

Anggun merampas ponsel cowo itu dan berusaha melihat pesan-pesan masuk tetapi tidak ada nomor Anggun di sana. Gadis itu berdecak kesal, dia hampir mati hanya karena hal ini.

Dia memang bodoh, pelakunya akan menunjukan diri nanti malam bukan sekarang. Tapi kenapa dia bisa beranggapan jauh di luar pikirannya.

"Udah? Ganggu privasi orang ajh!" ujar cowo itu seraya mengambil ponselnya dari tangan Anggun.

Anggun beranjak pergi meninggalkan cowo itu, tetapi dia memanggilnya kembali dan Anggun menoleh kebelakang serta membalikan badannya ke arah cowo itu.

The Wound (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang