Chap 19

133 46 3
                                    

Malam ini Anggun dan Stela menghabiskan waktu di kamar Stela, oh ralat kamar Stela dan Starla. ruangan yang berbentuk persegi panjang dengan tembok bercat warna hijau tosca, beberapa pajangan sertifikat dan piala atas prestasinya selama ini, serta banyak sekali foto gadis itu disaat masa kecilnya.

Kini Anggun tengah menggunakan baju piama milik Stela, dan tengah menikmati drama korea di laptop Stela. Sebenarnya Anggun bukan tipe cewek yang suka nonton drakor tetapi dia suka film actions daripada film yang terlalu dramatis seperti ini, yang ujung-ujungnya dapat membuat kita meneteskan air mata alias baper. Pencinta drakor mana suaranya!!

Waktu sudah menunjukan pukul 20.45 WIB tetapi sedari tadi adiknya Stela belum kunjung pulang, baiklah itu bukan urusan Anggun. Stela menikmati setiap adegan-adegan dari drama tersebut sedangkan Anggun menonton juga tetapi tidak menikmatinya, seolah-olah dia mengerti tapi jujur sama sekali dia tidak mengerti.

"Lihat deh Gun, tuh si cowok nya mau nembak dikit lagi!" ujar Stela

"Tembak aja kali apa susahnya sih!"

"Nyebelin banget sih tuh cowok, kalau cowok gue gitu udah gue tendang dari Yadika,"

Anggun hanya menatap Stela dengan rasa prihatin, takut-takut sahabatnya itu gila akibat terbawa emosinya sendiri, padahal kan hanya sebuah film yang sudah jelas diatur dari awal dan akan memiliki endingnya tersendiri.

Crek

Suara knop pintu yang dibuka oleh seseorang dari arah luar kamar, mereka segera mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Ternyata Starla adiknya Stela, gadis itu tergesa-gesa masuk lalu menguncinya lagi. Penampilannya saat ini masih mengenakan seragam sekolah SMP dan jaket rajut, bisa disimpulkan bahwa gadis itu pergi tanpa pulang ke rumah terlebih dahulu.

Stela berdecak. "Kalo masuk ketuk dulu!"

"Iya atuh maaf, eh ada Teh Anggun." jawab Starla sambil meletakan tas ranselnya dan membuka jaketnya itu dari tubuhnya.

Anggun membalas sapaan Starla dengan senyum yang hangat. "Dari mana La?"

"Biasa kerja kelompok,"

"Kerja kelompok sampe malem," cibir Stela

"Iya namanya juga udah mau ujian, harus diperbanyak belajar atuh Teh," Starla mengalungkan sebuah handuk di lehernya, dan segera bergegas ke luar kamar lagi.

Stela memutarkan bola matanya, sedangkan Anggun hanya menyimak dengan sedikit menahan tawa atas pertengkaran kecil mereka.

Anggun beranjak berdiri. Dilihatnya lah pigura yang terletak di atas meja belajar, yang isinya foto keluarga yang sangat bahagia. Memancarkan senyum kebahagiaan satu sama lain.

Berbeda sekali dengan kehidupannya saat ini. Bisa dibilang Anggun iri dengan Stela, tapi apa daya seorang Anggun. Toh, ini kan takdir dan jalan kehidupan yang diberikan Tuhan kepadanya.

Seketika Anggun tersenyum melihat sosok anak perempuan dengan rambut ikalnya, dan gigi yang tertata rapih di foto tersebut.

"Kayaknya sih rambut lo nggak bisa lurus deh Stel," ucap Anggun sedikit menggoda Stela.

Memang benar Stela memilki rambut yang begitu ikal. Gadis itu ingin sekali memperbaiki rambutnya menjadi lurus, layaknya seperti wanita cantik lainnya. Stela pernah berkata kepada dirinya, bahwa dia sedang menabung untuk membeli catokan. Terlalu seringnya Stela mengatakan hal itu, maka tak heran jika Anggun meresponnya dengan lawakan yang tujuannya untuk menggoda sahabatnya.

Stela menjeda videonya dengan tap satu kali layar laptopnya, dan mengalihkan pandangannya ke arah Anggun. "Sialan lo Gun!"

"Hahaha, makanya kalo keramas jangan semua sampo lo pake satu-satu," ucap Anggun lagi-lagi menggoda Stela.

The Wound (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang