Chap 4

497 256 215
                                    

Waktu menunjukan pukul 09.45 Pm.
Suasana kamar Raga saat ini benar benar berantakan. Karena ulah dua mahluk astral yang tidak diundang, siapa lagi jika bukan Al dan Satya.

Rencananya mereka akan menginap bersama dikediaman Raga, sambil bermain Uno dan ngopi ngopi santuy.

"Gue duluan." Ujar Satya sambil melayangkan satu uno card nya diatas meja.

Saat ini mereka tengah fokus memainkan kartu yang mereka pegang masing masing, karena untuk menghindari coretan bedak diwajah, maka dari itu jangan sampai salah satu dari mereka kalah dan tercoret bedak bayi milik Raga. Gaskeun slure!

"Btw, kok lo punya bedak bayi Ga?" tanya Al masih fokus dengan kartu yang dia pegang.

"Lo nggak tau Al? kan si Raga selama ini ke Sekolah pake nih bedak."  Ujar Satya asal.

"Mhwhwwhhwh" tawa mereka. Puas lo ngebully Raga?

"Dede Raga.." Goda satya.

"Berisik!, gue nggak pernah pake bedak, lo pikir gue cowok apaan." Jawab Raga sambil menyantap segelas kopinya.

"Ya terus?"Al kembali melayangkan kartunya.

"Punya bayinya kali." celetuk Satya.

"Astoge.. ngamilin cewek mana lo?" Al memasangkan wajah kaget.

"Anak Cipete kali." ujar Satya asal.

"Diem, apa gue suruh pulang lo pada?" Raga menatap Satya dan Al dengan tatapan tajamnya. Membuat mereka lebih baik bungkam dari pada pulang ke Rumah hanya tinggal nama saja. Galak amat sih..

"Iye iye." jawab Satya dan Al.

Raga melempar semua kartunya dimeja, tanda permainan diselesaikan.

"Kenapa udahan?" tanya Al sambil menutup kartunya juga.

"Yaelah baru segitu aja udah ngambek lo Ga." Satya menyantap secangkir kopinya.

"Males gue!"

"Lo pada kenal sama cewek barbar itu?" Tanya Raga sedikit penasaran. Tenang saja hanya sedikit kok!

"Cewek barbar?" Tanya Al masih penuh tanda tanya.

"Iya yang tadi siang nyiram baju gue pake minuman murahannya." Ucap Raga masih dengan rasa kesal.

Satya meletakan secangkir kopinya diatas meja. "Anggun?"

"Ck, Anggun. Namanya aja cantik tapi orangnya amburadul." Raga berdecih.

"Ada angin apa nih, lo nanyain tuh cewek?" Al mulai menggoda Raga.

Satya menyalakan sebatang rokoknya."Baru juga sehari Ga, udah ada benih yang tumbuh"

"Nggak lah! mana mungkin gue suka sama tuh cewek, cuman heran aja masih ada cewek kayak dia yang nggak punya gengsi sama sekali." Ucap Raga.

"Namanya juga Cewek kampung Ga, maklum aja kali." Satya menghisap rokoknya.

"Tapi kalo dipikir pikir apa yang lo lakuin tadi siang itu terlalu berlebihan Ga." Ujar Al.

"Nggak usah sok Alim lo!" Ujar Raga.

"Biarin aja, biar dia tahu akibat kalo macem macem sama Raga Haidar." Ucap Satya masih menghisap sebatang rokoknya.

"Tumben lo madep?" Ucap Raga.

Inilah mereka saling berbeda pemikiran satu sama lain bukan jadi penghalang bagi mereka untuk berkawan. Walaupun kadang otak pas pasan si Satya nggak pernah bantu mikir, Si Al yang tampangnya cakep tapi kadang koslet otaknya, akibat kebanyakan bergaul sama si Satya, and another, Raga is cruel leader, tapi tenang aja dia masih punya belas kasihan juga kok.

Chap 4 bewesss neh
Tinggalkan Vote and komen
biar 𝚂𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐𝚔𝚞𝚢 Updatenya...
Salam -Author🍭

The Wound (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang