Chap 43

49 2 0
                                    

JUST INFO!

PART INI PENUH DENGAN BAWANG
YANG TIDAK KUAT AKAN PERPISAHAN BOLEH NEXT KE PART SELANJUTNYA BHAHAH

JANGAN LUPA SIAPIN TISU SAMA EMBER




°°°

"Bawa pulang Gaby atau Anggun?" lanjut Fanny

"Gila lo!" bentak Raga emosi.

Fanny tertawa menyeringai ke arah Raga. Situasi seperti ini yang Fanny selalu tunggu-tunggu, semua orang yang yang ada di sana kini berada di bawah kendalinya.

"Kenapa lo menghukum orang yang ga salah?" tanya Raga.

Lagi-lagi Fanny tertawa hebat mendengarkannya. "Capek gue Ga, capek gue kalo harus menceritakan semua masa lalu gue lagi. Selama sosok Fanny pergi ada ga yang mencari gue?! Ga ada kan?"

Fanny menaikan nada suaranya. "Yang lo ingat semua hanya Felly dan Felly, bukan Fanny. Gue ga tau salah gue apa, sampai-sampai semua orang selalu membandingkan gue sama Felly.

Dan yang paling gue heranin, disaat Prilly si jalang itu mati, semua orang bahkan satu dunia pun berduka atas meninggalkan Prilly. Mana duka kalian di saat sosok Fanny meninggal? Ga ada kan?"

"Lo yang bunuh Prilly?" tanya Gaby ragu.

"Its true!"

"Bangsat lo!" Dengan geramnya Gaby melangkah maju menghampiri Fanny dengan emosinya itu.

"JANGAN MAJU BEGO!!" teriak Anggun

Darghh!!

Satu peluru berhasil tertancap di pergelangan tangan Gaby, gadis itu terjatuh sambil meringis kesakitan. Anggun berdecak kecil.

Sesekali Fanny tertawa menyembunyikan rasa sakitnya itu.

"Berani lo maju?"

"Lepasin mereka berdua, dan bunuh gue kalo lo mau." ujar Raga yang sudah mulai geram menghadapi sikap Fanny.

Raga harus segera bertindak, dia tidak mau jika harus melihat Gaby dan Anggun yang semakin lama disini semakin terluka sepertinya

"Gue ga punya urusan sama lo Ga, gue ingetin satu kali lagi pilih Gaby atau Anggun?"

Diam

Hening

Sepi

Bodoh! Jika Raga harus memilih salah satu gadis yang statusnya sama-sama sedang dalam bahaya. Bodoh juga jika harus mengiyakan segala pertanyaan wanita gila ini, tapi lebih bodoh lagi jika Raga membiarkan kedua gadis itu mati bersamanya di tempat ini.

"Tembak dia!" perintah Fanny

Sosok lelaki berjubah hitam itu mengarahkan senapannya ke arah Raga. Anggun berdecak dengan kesal saat melihat Gaby masih berdiri dengan kebingungan. Sudah beberapa kali diperintahkan agar dia segera membawa pergi Raga dari tempat ini, tapi gadis itu masih saja mengabaikannya.

Merasa sudah pasrah, Anggun menutup matanya dia sama sekali tidak mau jika harus melihat Raga mati dengan stragis di tempat ini akibat dirinya sendiri.

Jantung Anggun semakin berdetak dengan capat, keringat dingin mulai mengucur dari dahinya. Penampilan gadis itu kini sangat begitu lesu.

DARGHHH!!

Tiba-tiba suara itu berhasil membuat Gaby teriak dengan begitu keras. Yudo berhasil memutar seratus delapan puluh drajat senapannya, satu peluru itu mendarat tepat di dada sebelah kiri Fanny.

The Wound (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang