Chap 22.

78 15 0
                                    

"Ouh iya, ngomong-ngomong soal orang kaya. Gue emang orang kaya, apapun yang gue mau pasti bisa gue dapetin dengan begitu mudah, termasuk lo."

Deg! Tangannya seketika berhenti membereskan baju tersebut. Tatapannya beralih ke arah Raga. Namun, cowok itu merasa biasa saja dengan ucapannya.

"Apa?" tanya Raga sambil menaikan kedua alisnya ke arah Anggun.

"Maksud lo apa?"

"Gue bisa dapetin lo buat jadi pembantu apart sementara gue."

Sudah Anggun duga pasti jawabannya menjengkelkan. Malas jika masih melanjutkan percakapan konyolnya dengan Raga. Anggun membereskan dengan gesit, dia harus menyiapkan energi untuk nanti malam agar penampilannya sempurna.

°°°

Malam ini pengunjung Cafe Melody sangat ramai, tak terasa waktu begitu cepat, malam ini dia selesai menampilkan yang terbaik di depan semua orang. Tapi ada yang berbeda, malam ini dia tidak tampil sendirian, ada seorang pianis yang menyempurnakan penampilannya di atas stage.

Anggun membereskan peralatannya. Hari sudah larut malam, sudah waktunya Anggun untuk pulang. Gitar kesayangannya malam ini tidak dipakai, karena gadis itu bernyanyi dan diiringi piano oleh seorang lelaki itu. Dia belum kenal betul dengan lelaki itu, yang pasti lelaki itu adalah pengisi live music baru di Cafe ini, seperti apa yang kemarin dibilang oleh Pak Martin.

"Hai," sapa seseorang dari arah belakang.

Anggun membalikan badannya ke arah sumber suara.

"Eh, hai." balas Anggun dengan refleks.

"Suara lo bagus," ujar lelaki itu dengan rasa kagum.

Jangan tanyakan perasaan Anggun saat ini seperti apa, yang jelas dia sangat senang dengan perkataan lelaki itu barusan.

"Permainan piano lo keren," jawab Anggun.

Lelaki itu tersenyum, "Ouh, iya kenalin gue Galang." lelaki itu mengulurkan tangannya ke arah Anggun.

Anggun membalas uluran tangan Galang dengan senang hati. "Anggun."

Dia senang sekali bisa mendapat teman baru, apalagi satu hobi dengannya. Semoga ini adalah awal pertemanan yang baik antara dirinya dan Galang.

Uluran tangan mereka melonggar. "Semoga kita bisa kerja sama ya... " ucap Anggun.

"Gue juga berharap seperti itu,"

Tiba-tiba Pak Martin datang sembari membawa sebuah amplop coklat, berisi hasil kerja mereka malam ini. Pak Martin memberikannya kepada Anggun dan Galang. Hal inilah yang paling ditunggu-tunggu oleh Anggun, banyak yang harus dia bayar bulan ini. Mulai dari cicilan Bimon, token listrik, bahkan air. Yang utama yang akan dia bayar adalah air, karena sudah dua bulan menunggak. Dia harus bayar, untuk menghindari pencabutan dari pihak yang bersangkutan.

"Penampilan kalian malam ini luar biasa," ujar Pak Martin.

"Makasih Pak," jawab Anggun diikuti oleh Galang.

"Galang, saya harap kamu bisa betah disini."

"Iya Pak, saya akan memberikan yang terbaik untuk Cafe ini."

The Wound (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang