Chap 27

48 9 0
                                    

Seorang lelaki menaiki anak tangga satu persatu. Tidak sengaja dia berpapasan dengan kakak tiri laki-lakinya itu. Tatapan sinis dari masing-masing menghantam mereka. Hal ini lah yang selalu terjadi jika mereka diberikan waktu ketika bertemu, entah apa yang dipermasalahkan. Batinnya seolah mengatakan untuk membenci pria tersebut.

Galang segera melanjutkan langkahnya tanpa menghiraukan orang yang ada di depannya itu, dia segera menutup pintu kamar rapat-rapat dan bergegas membersihkan seluruh tubuhnya, malam ini juga waktunya dia bekerja di cafe melody. Tidak ada semangat yang patah baginya, walaupun semua kebutuhan pemuda itu tercukupi tapi dia tidak suka jika harus merepotkan orang lain.

Inilah yang dibanggakan dari seorang Galang, bahkan Rafi Haidar pengusaha ternama itupun sangat bangga memiliki anak seperti Galang, walaupun memang bukan anak kandung. Tapi status mereka yang bukan kandung itu sama sekali tidak menghalangi mereka di dalam keluarga.

Rafi tetaplah Ayah yang sangat mencintai kedua putranya yaitu Raga dan Galang. Yeah, Raga dan Galang. Kakak beradik beda ibu, mungkin itu alasan mereka yang tidak pernah akur sampai sekarang. Terlahir dari rahim yang berbeda. Awal dia berada di rumah ini Galang tidak pernah membenci Raga, tetapi sikap Raga yang kurang sopan kepada Ibunya membuat emosi Galang meningkat.

Galang mungkin bisa menerima beberapa sikap Raga yang membenci dirinya, tetapi satu hal yang selalu dia tanamkan kepada Kakak tirinya itu, "Siapapun itu, perempuan harus dihormati!"
Dia tidak sanggup jika harus melihat Ibunya terus menangis melihat sikap ketus Raga kepadanya, seolah-oalah kehadiran Sarah sebagai Ibu tirinya adalah hal buruk baginya.

Galang sangat menyayangi Sarah, Sarah sudah menyimpan banyak luka selama hidupnya. Dia berharap dengan membangun rumah tangga baru dengan Rafi, adalah jalan kebahagiaannya untuk menutup luka lama yang masih membekas di hati. Namun ternyata semua salah, luka itu masih ada dan kebahagiaannya belum bisa dimiliki dengan utuh oleh Sarah dan Galang.

Saat ini Galang sudah siap dengan jaket denim-nya dan merangkul gitar kesayangannya itu. Pria muda itu mulai menuruni anak tangga satu persatu, di bawah sudah terlihat Ibunya dan Ayah tirinya yang sedang menikmati makan malam. Dan di ruang tamu terlihat Raga sedang melahap makanannya, bukan makanan yang di masak oleh Ibunya melainkan makanan yang dia delivery .

Bagaimana dirinya tidak kesal dengan sikap Kakak tirinya yang tidak sopan itu. Setidaknya Raga bisa menghargai setiap masakan Sarah beberapa suap saja dan makan bersama-sama sebentar, tapi itu semua tidak mungkin.

Galang tersenyum, menghampiri mereka yang sedang makan bersama di meja makan.

"Galang, sini makan dulu." sambut Rafi Ayah tirinya itu.

Galang kembali tersenyum dan menyambut hangat sambutan Ayahnya itu. Sebenarnya tadi dia sudah makan di warung pecel bersama Fanny. Tapi tidak apa-apa dia harus bisa menghargai hal kecil ini.

Menikmati indahnya kebersamaan di meja makan adalah suatu kebahagiaan yang belum pernah didapatkan oleh Sarah dan Galang. Maka dari itu Galang sangat menghargai setiap moment ini.

"Kamu harus makan yang banyak ya nak, biar kuat." ujar Sarah sambil mengelus kepala anak lelakinya itu.

"Iya Bu, Ibu juga harus makan yang banyak dong. " Galang menambahkan lauk pauk ke piring Sarah.

"Eh, jangan dong. Ibu udah kenyang dari tadi makan banyak,"

Rafi tersenyum lebar melihat mereka akur seperti ini, tapi hatinya sangat bersedih. Dia melihat Raga putra kandungnya itu sendiri di ruang tamu, menikmati makan malamnya sambil menonton televisi. Ingin sekali rasanya menghampiri anaknya yang keras kepala itu, tapi dia kembali mengurungkan niatnya karena dia tau hal ini akan membuat keributan yang tidak jelas baginya.

The Wound (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang