Chapter 12 / Pengakuan

144K 6.5K 148
                                    

Chapter 12 / Pengakuan

-Vian's POV-

Sudah 2 hari ini sejak kejadian pertengkaran ku dengan Bian, dia belum juga mengunjungiku. Kalau kalian ingin mencemooh ku karna sikap ku yang plin plan ini, aku tidak apa apa. Aku bahkan sadar kalau semua yang Bian bilang kepada ku, semuanya benar. Tentang aku yang egois, aku yang tidak pernah mau melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain, tentang segala galanya.

Aku tahu aku salah.

Aku menyesal, sungguh.

Tapi bagaimana caranya agar aku bisa menebusnya, KALAU BAHKAN BIAN BELUM MENAMPAKAN BATANG HIDUNG NYA JUGA DISINI?!

Aku hanya ingin mencoba untuk membuka kembali hati ku padanya. Oke, sejujur nya aku memang masih mempunyai perasaan kepadanya. Tapi aku masih belum yakin. Bagaimana mungkin aku masih bisa mencintainya padahal hal itu sudah berlangsung selama beberapa tahun yang lalu. Apa aku gila? Ya! Aku gila karna perasaan bodoh itu.

Adrian beberapa kali mengunjungi ku. Tapi sungguh, semua itu tidak sama. Tidak sama disaat Bian yang mengunjungi ku. Tidak ada mata yang sangat tajam, tidak ada gombal receh yang sering Bian lontarkan kepada ku, tidak ada cengiran jahil yang sering Bian perlihatkan kepadaku. Dan yang terpenting adalah, tidak ada Bian.

Pegang janji ku, kalau hari ini Bian mengunjungi ku, aku akan bersikap manis kepadanya. Aku berjanji!

Hati ku sedari tadi menggumamkan namanya. Apa yang bisa ku lakukan supaya Bian berkunjung kemari? Aku akan melakukannya!

Tiba tiba suara pintu terbuka terdengar pelan. Aku yang kebetulan sedang melamun, langsung tersentak. Saat aku menoleh ke arah pintu, tiba tiba aku melihat Bian yang sedang memakai kemeja dan dasi yang sudah berantakan.

Tapi hal itu malah membuat dia tambah sexy.

HEY TUNGGU!

APA YANG AKU KATAKAN TADI?

DIA TERLIHAT TAMBAH SEXY?

BAHKAN SEKARANG SIKAP KU SUDAH SEPERTI KUCING BETINA YANG JARANG DIBELAI!!!!

"Hai neng cantik, ngelamun aja dari tadi!" Seru Bian sambil tersenyum lebar.

Oke, lupakan kata kata ku tentang 'akan bersikap manis jika Bian datang kemari'. AKU INI PEREMPUAN, HARUS JUAL MAHAL! MEMANGNYA AKU BARANG OBRALAN APA? DAPET SATU GRATIS DUA?!

"Nang neng nang neng aja kamu! Gak cocok tau! Ngapain kamu bawa keranjang apel gitu?! Udah kayak tukang buah aja kamu!" Jutek ku padanya. Ya, dia membawa sekeranjang apel. Apel memang salah satu buah favorit ku sebenarnya.

Hati ku menghangat.

Benarkah?

Benarkah Bian masih ingat tentang hal hal yang aku sukai dulu?

"Ah kamu gak seru! Btw, mau tau gak, kenapa aku lebih suka buah apel dari pada buah anggur? Soalnya aku lebih suka ngapelin kamu, dari pada nganggurin kamu. Hehehe." Bian terkekeh mendengar gombalan yang dibuatnya sendiri.

Pletakkk

Tiba tiba terdengar suara hantaman benda. "Awww. Sadis banget kamu! Ngapain pake ngelempar novel segala? Ngelempar hati kamu, boleh tuh." Bian mengedipkan matanya sambil menahan sakit dikepalanya akibat hantaman novel Vian.

"Kamu juga sih! Aneh aneh aja jadi orang! Alay tau!"

"Alay alay juga suka kann?" Bian terus mengedip ngedipkan matanya.

"Cuih." Sahut ku memandang Bian jutek.

*****

Bian mengupas sebuah apel di sisi kiri meja. Keadaan menjadi hening. Hanya terdengar bunyi pisau yang sedang mengupas sebuah apel.

Ain't It Love, Boss?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang