Chapter 2 / Fabian Reza Pratama
Disinilah dia sekarang, di bar ternama di Jakarta. Banyak wanita mengobral tubuhnya dan para pria hidung belang yang sedang mencari mangsa. Ditengah hiruk piruk bar tersebut, ada seorang pria yang sedang termenung sambil sesekali meminum minumannya. Pria dengan sejuta pesona yang menjadi pusat perhatian para wanita disana. Tapi tidak ada yang berani mendekati pria tersebut karna disekelilinya terdapat aura kesedihan dan kedepresian yang membuat semua orang tidak berani mendekatinya.
"Oh man, jadi lo ngajak gue kesini cuma buat nemenin pria galau yang lagi minum lemon tea di bar hah? Lo bener bener menggores harga diri gue." Pria itu terus mengoceh, Defin Rizky Rafaik. Sahabat Bian sejak mereka SMP. Sahabat yang tahu semua jalan kehidupan seorang Fabian yang misterius. Bahkan dia tahu dengan rinci kisah percintaan sahabatnya itu, Bian-Vian. Sedangkan pria disebelahnya hanya bergeming. "Oke, kalau lo lagi ada masalah cerita lah! Jangan diem aja. Lo kira gue vampire hah? Sampe bisa baca pikiran lo?"
Akhirnya Defin menyerah mengolok ngolok sahabatnya. Bayangkan saja. Setelah hampir setengah jam mengoceh dan menanyai berbagai macam pertanyaan, bahkan tidak ada satupun kalimatnya yang digubris oleh Bian.
"Lo tau? Kadang suatu masalah yang menurut lo gak akan ada jalan keluarnya, mungkin mempunyai jalan keluar." Defin mulai meminum vodka yang telah dia pesan sebelumnya. "Bahkan Tuhan gak akan ngasih masalah kecuali lo bisa menghadapinya. Lo tau kan? Dulu, keluarga gue hancur. Gue gak punya siapa siapa. Nyokap gue mabok terus, kerjaannya hambur hamburin duit padahal hutang udah numpuk banget, bokap dipenjara karna korupsu. Gue bahkan pernah berpikir untuk mengakhiri hidup gue. Sampe gue ketemu seorang laki laki yang bilang, 'kamu pengen ya, hidup dalam penderitaan gitu? Gak ada yang bisa nolong kamu, kecuali diri kamu sendiri! Ada dua pilihan, terpuruk dan ratapi nasib sampai kamu mati perlahan, atau bangkit! Hidup itu gak sebercanda itu. Kamu gak bisa langsung keluar dari masalah kamu gitu aja, hidup adalah perjuangan.' Dan lo tau kan siapa laki laki pemberani itu? Yang bikin gue mulai bangkit lagi? Itu lo!" Lanjut Defin sambil menatap Bian tajam.
"Tapi sekarang masalahnya beda." Jawab Bian sambil memejamkan matanya sejenak.
"Bro, lo bahkan udah pernah ngerasain gimana pahitnya hidup. Lo pernah jadi anak terlantar, pernah jadi anak badung yang susah dikendaliin, dan sekarang? Hanya karna masalah yang entah apa itu, lo nyerah?"
"Oke, ini tentang Vian." Bian menatap Defin lekat lekat. "Gue ketemu dia tadi, di supermarket."
"Lah! Bagus dong! Lo bisa PDKT lagi sama dia." Defin malah mengerlingkan matanya kearah Bian. "Kalau lo gak mau, Viannya buat gue ajalah. Gampang kan?" Defin malah menaik baikan alisnya sambil terkekeh pelan.
Bian langsung melempar sebuah sedotan tepat dimuka Defin yang membuat Defin bergumam sambil mendelik tak suka kearah Bian.
"Bukan itu masalahnya! Lo kira Vian akan percaya gitu aja tentang alasan kenapa gue mutusin dia? Gue berani taruhan, Vian bahkan gak akan pernah mau ngeliat muka gue lagi. Ditambah urusan Marco si psycho gak jelas itu. Rasanya mending gue pingsan aja!" Ucap Bian sambil mengacak acak rambutnya.
"Lo bahkan belom nyoba lakuin apapun dan lo udah nyerah gitu aja? Lo bener bener udah gak ketolong, man." Defin memandang Bian prihatin. "Lo tau kan gimana sikap lo dulu ke Vian? Bahkan Vian aja bisa berjuang mertahanin lo supaya lo bisa cinta sama dia. Yang awalnya lo anggap gak mungkin dan malah lo ketawain. Tapi sekarang? Lo tergila gila sama Vian! Itu artinya, gak ada yang nggak mungkin, oke?"
Bian tiba tiba mengingat masa masa SMA nya bersama Vian. Sungguh masa masa yang buruk bagi Vian, pikirnya dalam hati.
"Jadi gimana? Lo mau nyerah gitu aja dan liat Vian bahagia sama cowok lain atau lo mau jadi cowok yang bikin Vian bahagia? Semua pilihan ada ditangan lo, man." Ucap Defin tenang sambil mengangkat bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ain't It Love, Boss?
RomanceBagaimana rasanya jika bos mu adalah mantan pacarmu? Pacar yang sangat dingin kepadamu? Bahkan dia tidak pernah bersikap manis kepadamu? Um.. sebenarnya dia pernah bersikap manis sih, TAPI kamu bahkan bisa menghitungnya dengan jari selama kau berpac...