Chapter 15 / Pengintaian?
Setelah kejadian itu, banyak para pemegang saham diperusahaan Bian yang mulai tidak mempercayakan kinerja Bian. Mereka takut kalau uang yang mereka tanam ikut digelapkan oleh karyawan karyawan lain. Belum lagi, kasus penggelapan dana itu belum ditemukan pelaku utamanya.
"Kalau di diamkan terus seperti ini, perusahaan mungkin akan segera gulung tikar." Ucap Papa Bian sambil memperhatikan Bian yang sudah tambah kurus saja karna jarang memperhatikan pola makannya itu.
"Aku akan segera membuat rapat para pemegang saham. Aku akan meyakinkan mereka." Bian berucap tegas.
"Tapi yang dipertanyakaan adalah, apakah mereka akan tetap yakin setelah apa yang telah terjadi diperusahaan kita?" Papanya menatap Bian sambil menaikan satu alisnya.
"Kita adalah pemegang saham terbesar, jika mereka ingin out aku tidak masalah. Aku yakin aku bisa terus menjalankan perusahaan. Mungkin aku bisa menggunakan uang pribadi ku terlebih dahulu untuk menutupi hutang piutang perusahaan." Bian menatap keluar jendela kantornya. "Bahkan kalau perusahaan ini benar benar bangkrut, aku masih mempunyai banyak aset yang memungkinkan aku untuk membuat perusahaan yang lebih baik lagi. Aku juga mempunyai saham dimana mana." Lanjutnya tegas.
"Ya, Papa tidak pernah meragukan kekayaan mu itu. Tapi masalahnya adalah, perusahaan ini didirikan oleh Kakek. Papa yakin, Kakek akan sangat kecewa saat mendengar perusahaan yang telah dibuatnya dengan susah payah jatuh begitu saja. Tapi segala pilihan tergantung kamu, Bi. Papa yakin, kamu pasti akan membuat pilihan yang tepat demi kebaikan bersama."
Bian hanya bisa diam sambil melihat kejalanan diluar jendela kantornya. Dia baru sadar seberapa bersejarahnya perusahaan ini untuk keluarganya. Dan dia tidak ingin perusahaan yang selama ini menghidupi keluarganya jatuh begitu saja. Apalagi pada saat masa kepemimpinannya.
Dikeheningan itu, tiba tiba terdengar suara pintu yang diketuk. "Pak Bian, rapat akan segera dilaksanakan dalam 15 menit lagi." Ucap Joe, sekretarisnya.
"Ya, saya akan segera kesana. Segera siapkan dokumen dan barang yang diperlukan." Bian mulai berdiri dari tempat duduknya. "Pa, aku harus pergi rapat dulu. Tolong sampaikan salamku kepada Mama, mungkin aku tidak akan pulang kerumah lagi untuk beberapa waktu. Aku akan banyak lembur dikantor. Doakan aku." Bian menjabat tangan Papahnya.
"Kau tahu, walaupun kondisi perusahaan sedang buruk, kondisi mu juga jangan ikut memburuk. Jaga pola hidup, badanmu itu sudah semakin kurus. Papa yakin, kau sudah lama tidak gym lagi. Papa dan Mama akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu, Bi. Kalau begitu papah pamit terlebih dahulu. Sampai jumpa." Papanya langsung memeluk Bian dengan erat yang dibalas pelukannya oleh Bian itu sambil menepuk nepukan punggung Bian lalu pergi keluar ruangan itu.
"Aku tidak akan pernah mengecewakanmu, Papa." Gumam Bian pelan sambil melihat papahnya keluar ruangan Bian.
Sesaat kemudian ruangan itu hening, hanya ada dirinya sendiri dirapat itu. Dia melihat jam tangannya sebentar lalu mulai melangkah keluar dengan langkah kaki yang tegas memasuki ruangan rapat itu.
Beginilah Bian, sebesar apapun masalah yang dia hadapi dikantornya, dia tidak akan menunjukan wajah kalut atau resah. Dia melakukan hal ini supaya para karyawannya juga tidak ikut gundah memikirkan masalah ini sehingga kinerja para karyawan tidak menurun dan malah semakin menaik melihat atasannya ini yang malah bangun disaat perusahaan semakin jatuh.
Saat sudah sampai diruangan rapat tersebut, sudah banyak pertanyaan dan masukan untuknya. Walaupun suasana sudah sangat panas, tapi untungnya Bian masih bisa melancarkan rapat itu.
Hingga detik berganti detik dan jam berganti jam.
Suasana rapat pemegang saham itu semakin memanas. Banyak orang yang berusaha membuat Bian menjual perusahaannya kepada orang lain tapi bisa Bian tolak dengan alasannya yang rasional.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ain't It Love, Boss?
RomanceBagaimana rasanya jika bos mu adalah mantan pacarmu? Pacar yang sangat dingin kepadamu? Bahkan dia tidak pernah bersikap manis kepadamu? Um.. sebenarnya dia pernah bersikap manis sih, TAPI kamu bahkan bisa menghitungnya dengan jari selama kau berpac...