Chapter 19 / Orang Dalam

102K 4.7K 224
                                    

Chapter 19 / Orang Dalam

-Bian's POV-

Hari ini adalah hari yang terbaik dalam hidupku! Hari ini aku dan Vian bersenang-senang bersama. Menaiki berbagai wahana yang ada, dan memakan segala hal yang terlihat menarik.

Walaupun ada beberapa kejadian memalukan yang terjadi diantara aku dan dia. Aku tetap bahagia. Aku bahagia melihatnya tertawa dan tersenyum. Hatiku juga semakin menghangat saat tahu kalau alasan dia tersenyum itu adalah aku. Aku sangat tidak suka kalau alasan dibalik semua kebahagiaan Vian adalah lelaki lain. Sebut aku posesif, aku tidak perduli.

Bodoh sekali aku waktu dulu, menganggap jika aku menangisi Vian adalah suatu kebanggaan tersendiri. Aku sangatlah idiot dulu karna aku sempat menyia-nyiakan orang sebaik Vian.

Jujur, bukannya aku sombong tapi banyak sekali wanita yang cantik dan seksi yang menyukaiku. Mereka menawarkan diri mereka sendiri kepadaku. Siapa yang tidak mau denganku? Tampan, kaya, baik, pintar, apa lagi yang kurang?

Oke aku sombong.

Tapi seberapa banyak perempuan cantik pun yang menyukaiku tidaklah seberharga Vian untukku.

Vian dengan muka cantik yang alami. Dia jarang memakai make up kecuali kalau itu adalah acara yang formal. Pakaiannya yang sederhana tetapi berkelas menambah nilai plus. Mukanya yang selalu menyebarkan senyum membuat wajahnya tambah manis. Muka jengkelnya yang malah membuatnya tambah seksi selalu membuatku membayang-bayang dibenakku. Walau bagaimanapun aku ini adalah lelaki normal, oke?

Putri cantik disebelahku sepertinya sudah sangat kelelahan. Dia sudah tertidur didalam mobil selama kurang lebih satu jam. Sebentar lagi, mobil ini akan sampai didepan rumahnya. Sangat sulit memang melepaskannya begitu saja, tetapi mau bagaimana lagi? Tidak mungkin kan aku membawanya kerumah tempat tinggalku. Walau sebenarnya aku sih mau mau saja membawanya kerumahku. Kita bisa bermain "itu".

Bermain monopoli maksudnya, hehe.

Jauhkan pikiran kotor kalian itu kepadaku. Gini-gini juga aku pria suci. Agak suci.

Saat sudah sampai didepan rumahnya, aku mulai mencolek pipinya pelan sambil sesekali meniup-miup kedua mata indahnya yang masih terpejam itu.

Tahu akan perbuatanku yang sia-sia. Akhirnya aku menjepit hidungnya erat dengan tanganku agar dia susah bernapas berharap agar dia cepat bangun.

Tapi bukannya bangun, anak itu malah membuka mulutnya.

Bernapas lewat mulut.

Huh dasar kurang asem.

Dari dulu Vian tidak pernah berubah. Kalau urusan bangun membangun, dia yang paling kebo. Mau digimanain juga gak akan bangun bangun. Pernah dulu saat aku dan dia masih berpacaran di SMA. Aku menyiram Vian dengan air dingin saat dia sedang tidur ditaman sekolah. Tapi bukannya bangun, anak itu malah bergumam didalam mimpinya, 'hmmm seger.'

Entah apa mimpinya sehingga bukannya kaget, dia malah berbicara seperti itu.

"Vi.. Bangun.. Udah nyampe nih." Aku terus mengguncang-guncang bahunya dan malah mendapat pukulan tepat dikepala oleh siapa lagi kalau bukan tuan putri yang rada sangar ini.

"Masih ngantuk! Gak bisa ngeliat orang lagi tidur apa?!" Vian membuka matanya sebentar lalu menutupnya kembali.

"Yaudah kalau kamu gak mau bangun. Aku bawa kamu ke rumahku. Mama sama papa lagi gak ada dirumah. Kita enak enak, sekalian nyicil sebelum kita malam pertama nanti." Kataku sambil mencolek dagunya.

"Najis! Kamu kira aku apaan hah?! Emangnya aku itu kamu? Laki-laki murahan yang bisanya nyosor nyosor gak jelas!" Mata Vian yang asalnya tertutup langsung terbuka sepenuhnya dengan mata merah khas orang yang baru tidur. Benar kan kata aku, semakin marah Vian, dia akan semakin seksi.

Ain't It Love, Boss?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang