Chapter 6 / Psycho
-Vian's POV-
Aku serius, kalian harus melihat ekspresi Bian sekarang! Cengengesan sambil nyengir gak jelas, mana dari tadi dia curi curi pandang. Mukanya yang kampretable malah tambah gesrek jadinya. Oke, lupakan. Aku heran dengan sikapnya, dulu dia dingin, cuek, dll. Dan sekarang? Dia baik, pengertian, perhatian. Apa jangan jangan dia membuat taruhan lagi dengan teman teman sialannya. Dia pikir aku akan menerima segala sikap baiknya itu? Tidak akan! Cukup sekali dia mematahkan hatiku, aku tidak akan terpancing rayuan setannya lagi.
"Vi, cemberut terus dari tadi. Senyum kek sama calon." Bian terus menaik naikan alisnya sambil tersenyum miring memandangku sebentar lalu kembali fokus kejalan.
"Iya, calon. Calon penghuni neraka! Sebenernya kamu itu ada niatan apa sih sama aku? Kamu mau bikin taruhan lagi sama temen temen kamu itu hah?" Seruku sambil memandang Bian tajam.
"Sumpah Vi! Aku gak ada niatan jahat sama kamu! Aku sayang sama kamu! Aku cinta sama kamu! Belum cukup apa semua perlakuan aku itu ngebuktiin rasa sayang aku sama kamu!" Seru Bian naik satu oktaf.
"Sayang kamu bilang? Kamu gak ngaca ya sama perbuatan kamu dulu? Kamu pernah mikir gak sih? Gak segampang itu maafin orang! Jangan mentang mentang, dulu aku cinta kamu. Kamu jadi seenak jidat kamu merlakuin aku!" Seruku sambil menatap Bian dengan berkaca kaca.
Sungguh, kalau saja perlakuan mu dulu lebih baik, mungkin aku akan menjadi gadis paling beruntung didunia, tapi itu hanya mungkin.
Akhirnya suasana mobil menjadi hening. Tak ada yang mengeluarkan kata kata barang satu kata pun. Keduannya menahan emosi yang sudah tak terbendung lagi.
Mobil Bian memasuki kawasan perumahanku dengam tenang. Tapi ketenangan itu tidak berlangsung lama. Tiba tiba ada motor kawasaki berwarna hijau yang menyalip mobil Bian dan berhenti tepat didepan mobil Bian. Otomatis, Bian menginjak pedal rem secara mendadak dan aku hampir terlempar kedepan kalau saja tangan Bian tidak menahanku..
"Kamu gak apa apa kan? Ada yang luka? Atau kamu mau kita ke UGD aja? Kali aja ada apa apa. Luka dalam misalnya." Cemas Bian sambil mengecekku dari ujung kepala sampai ujung kaki seperti aku adalah barang berharga yang tidak boleh ada luka didalamnya.
Aku yang ditanya seperti itu hanya bisa melongo menatap Bian. Aku masih shock dengan kejadian ini. Aku bahkan mengira kalau mereka tidak akan selamat sampai tujuan.
"Vian? Kamu gak kenapa napa kan?" Bian menjadi tambah cemas karena daritadi aku tidak meresponnya. "Vian? Kalau gini, kita ke UGD aja hayuk."
"Aku gak apa apa kok Bi. Cuma kaget aja tadi." Akhirnya aku tersadar dari kekagetanku. "Itu siapa sih? Main nyalip aja." Omelku tidak karuan.
"Kamu tunggu disini ya? Aku keluar dulu." Ucap Bian tegas sambil berlalu keluar dari mobil. "Ada apa?! Anda tidak bisa mengendarai motor hah? Anda tidak tahu kalau perbuatan anda itu bisa mencelakai saya dan juga pacar saya?!" Seru Bian lantang sambil menatap pengendara motor itu tajam.
"Oh bahkan tadi saya berdo'a kenapa tidak sekalian saja kalian mati?! Hahahhaa! Tapi mana mungkin aku membuat kalian mati begitu saja! Walau bagaimanapun kalian harus merasakan siksaan dulu dariku!" Seru pengendara motor itu sambil membuka helm fullface nya.
"Lo?! Mau apa lagi lo hah? Belum puas lo hampir membunuh gue dan orang tua gue?! Bukannya lo harusnya ada di sel penjara hah? Meringkuk disana seperti pecundang." Seru Bian naik 3 oktaf. "Jangan harap lo bisa ngelakuin hal itu lagi!."
"Lo kaget liat gue?! Harusnya lo mikir! Salah lo dimana?! Lo harus ngebayar semua hal yang udah keluarga lo lakuin sama gue! Bokap bajingan lo itu udah ngebunuh bokap gue! Dasar kelurga sialan!" Seru si pengendara motor itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ain't It Love, Boss?
RomanceBagaimana rasanya jika bos mu adalah mantan pacarmu? Pacar yang sangat dingin kepadamu? Bahkan dia tidak pernah bersikap manis kepadamu? Um.. sebenarnya dia pernah bersikap manis sih, TAPI kamu bahkan bisa menghitungnya dengan jari selama kau berpac...