Chapter 17 /
-Vian's POV-
Sudah sebulan ini kondisi perusahaan Bian belum meningkat, sebelum Marco dan Joe di tangkap, kondisi tidak akan pernah pulih.
Marco dan Joe melarikan diri entah kemana. Kami sudah menyewa detektif swasta yang cukup berpengalaman untuk mencari mereka, tapi hasilnya nihil.
Kami sudah menyisir semua wilayah Jakarta dan sekitarnya. Kami bahkan mencarinya sampai keluar pulau tapi tetap saja batang hidung mereka tidak pernah terlihat.
Sudah sebulan juga hubunganku dan Bian mulai membaik. Walaupun kadang aku masih bersikap cuek terhadapnya.
Aku hanya ingin melihat Bian lebih berusaha. Apa itu salah?
Hari ini yang kulakukan hanya merenung melihat keluar jendela. Terlihat permandangan Jakarta yang dipenuhi oleh kemacetan. Pekerjaan kantor sudah kuselesaikan semua. Jadi aku tinggal menunggu jam pulangku.
Tiba-tiba kurasakan dingin dipipi kananku. Saat aku menoleh ke kanan, terlihat Adrian yang sedang menempelkan air mineral dingin dipipiku. Aku langsung mengambilnya dengan cepat dan meneguknya sampai habis dalam sekali tegukan.
"Jangan pake nafsu minumnya, Vi." Ucap Adrian sambil terkekeh pelan melihat kelakuanku.
"Haus banget soalnya, Yan." Aku memperhatikan Adrian cukup lama lalu berdiri tegak.
Aku harus melakukannya.
"Loh kamu mau ngapain?" Tanya Adrian heran melihat aku yang sudah berdiri tegak dan membusungkan dadaku didepan Adrian.
"Aku harus lakuin ini, Yan! Aku gak punya pilihan." Jawabku melihat tepat dimatanya.
"Hah? Lakuin apa? Kamu kenapa sih?" Adrian melihatku intens.
"Aku.. sebenernya...." Aku menggantung ucapanku.
"Vi?"
"Sebenernya aku.." Aku diam membuat jeda sebentar. "Aku udah kebelet! Misi! Udah gak kuat nih." Kataku dengan nada yang terburu buru sambil melompat lompat tidak tahan. Dan berlari menuju toilet yang terdekat.
Hei jangan salahkan aku! Aku hanya ingin mendramatisir suasana sebentar. Dan melihat wajah penasaran Adrian memberikan hiburan tersendiri buatku.
Setelah habis melakukan panggilan alam yang tidak bisa kutolak lagi, aku berjalan menyusuri kantor. Melihat lihat sekeliling sambil sesekali bersiul siul senang.
Sampai akhirnya aku sampai didepan ruang Bian. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, kaki ku memasuki ruangan Bian tersebut.
Belum sampai aku melangkahkan kedua kakiku memasuki ruangannya. Mataku dipertontonkan oleh hal yang kurang pantas dimataku.
BAYANGKAN SAJA.
DIRUNGAN INI.
TERLIHAT WANITA YANG HANYA MEMAKAI LINGERIE BERWARNA MERAH DARAH.
*****
TBC.
Hai semua, bertemu lagi dengan author baik sekali ;3 ayo kita tunggu next chapter hohohoho
*Lalu author diamuk reader*
EH BECANDA!! Haha nggak lah author gak sejahat itu, author mah baik. Hahahaha.
Salam cium.
*
*
*
*
*Kalau kalian pikir, aku akan menangis meraung raung kepada Bian dan meminta penjelasan dan bukannya mendengarkan malah kabur ketempat lain untuk menjauhi Bian, kalian salah!
Aku malah berjalab tegak menghampiri wanita murahan itu sambil menjenggut rambut wanginya itu.
Kalau aku bukan dikantor, ini rambut sudah aku keramasin pake shampo biawak. Biar keder!
"Kamu siapa hah? Berani berani nya kamu!" Tanyaku sambil menjambak rambutnya. Belum tahu dia, bagaimana keliaran aku kalau sudah berurusan dengan cabai tukang ganggu hubungan orang.
Walaupun aku dan Bian tidak mempunyai hubungan apa apa. Tapi tetap saja!
"A- Aku simpenannya Bian! Kamu siapa?!" Jawabnya takut takut sambil berusaha melepaskan tanganku yang sudah menempel dirambutnya.
"Hah?! Mana ada simpenan ngaku! Jujur aja deh kamu! Siapa yang ngirim kamu kesini?! Hah?!" Aku tambah menjenggur rambut indahnya yang sudah kubuat ancur.
Tiba-tiba pintu ruangan ini pun terbuka dan terlihatlah Bian yang sudah melihatku dengan muka horror nya.
"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ain't It Love, Boss?
RomanceBagaimana rasanya jika bos mu adalah mantan pacarmu? Pacar yang sangat dingin kepadamu? Bahkan dia tidak pernah bersikap manis kepadamu? Um.. sebenarnya dia pernah bersikap manis sih, TAPI kamu bahkan bisa menghitungnya dengan jari selama kau berpac...