Chapter 10 / Mencoba Untuk Kembali

137K 6.2K 61
                                    

Chapter 10 / Mencoba Untuk Kembali

-Bian's POV-

Ya, aku melihat mereka. Saling tersenyun dan berpelukan. Lalu aku mulai berjalan menjauh dari tempat itu.

Bukan.

Bukan karena aku cengeng dan akan menyudahi semuanya. Bagaimana bisa usaha yang telah banyak aku lakukan berhenti begitu saja hanya karna hal memuakan itu?

Itu-tidak-akan-terjadi. Sungguh.

Aku hanya ingin melihat Vian tersenyum, walaupun alasan dia tersenyum bukanlah aku. Pernah dengar kalimat 'Kita tidak bisa memaksa sesuatu yang kita inginkan. Kita hanya bisa berusaha dan menyerahkan jawabannya kepada orang yang kita inginkan'? Beginilah yang sedang aku rasakan.

Sungguh, aku tidak bermaksud untuk melepaskan 'dirinya'. Aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk kembali mencoba menangkap 'dirinya'.

Aku sudah memutuskan untuk tidak menggangunya beberapa hari ini. Benar benar tidak ada kontak, seperti telpon, sms, dan media sosial lain. Tapi aku tetap mengawasinya dari orang orang suruhan ku yang berjaga disekitar RS karna aku takut Marco akan membuat ulah. Lalu setelah itu, aku akan mendekatkan diriku padanya kembali. Aku hanya ingin memberi dia ruang untuk berpikir jernih.

Jangan bilang aku bodoh hanya karna aku tidak mau Vian tahu tentang aku yang selalu menjaganya setiap dia koma! Aku mempunyai alasan tersendiri. Aku hanya tidak ingin Vian kembali padaku hanya karna balas budi.

Aku ini lelaki, aku mempunyai harga diri.

Dan egoku tidak ingin kalau aku hanya mendapat balasan cinta yang semu. Balasan cinta yang terdiri karna alasan simpel seperti balas budi, kasihan, dan banyak hal lain.

Sudah beberapa hari ini, aku tidak mengunjungi Vian. Tepatnya setelah kejadian dimana Vian sadar. Tapi tenang, aku akan segera mengambil langkah untuk mulai mengejarnya lagi. Beberapa hari ini, rutinitasku hampir sama seperti saat aku belum bertemu lagi dengan Vian. Bekerja-pulang kerumah-tidur-dan bekerja lagi. Begitulah selama terus menerus. Tapi tetap, setiap aku berada dikantor, aku merasa seperti berada di RS, tepatnya berada disamping Vian. Bilang aku gila, aku tidak peduli.

Sebenarnya aku mempunyai photo Vian yang berada di sebuah frame berwarna coklat. Tepatnya berada di meja kerjaku dan menghadap ke arahku. Itu sebabnya tidak banyak orang yang tahu tentang hal itu. Hanya sekretarisku dan sepertinya OB yang selalu membersihkan ruangan kerja ku yang tahu akan hal itu. Dan jangan lupakan mama ku, dia selalu bertindak seperti cenayang yang selalu tahu semua hal yang terjadi dihidupku. Dan sialnya, semua yang dia pikirkan memang selalu tepat sasaran.

Pernah suatu waktu, aku hanya duduk diam dikantor sambil memandangi photo Vian dan kadang aku tersenyum sendiri mengingat tingkahku dulu yang sangat cuek terhadap Vian. Bumi selalu berputar, kan? Takdir juga begitu. Mungkin saat ini kita berada di atas, tapi kita tidak tahu sampai kapan kita akan terus berada diatas. Kita tidak bisa menyesali semua, karena beginilah hidup.

"Bi, lo gak bosen apa? Kerja mulu. Gimana kek. Gue gak mau sampai lo lumutan ya dimeja sialan lo itu." Defin terus mengelus akan sikapku ini. Mungkin memang benar, aku terlalu banyak bekerja. Tapi setiap orang butuh pelampiasannya masing masing, bukan?

"Diem lu. Gue seret juga lo dari kantor gue ini. Gak mau kan lo?"

Defin mendelik kearahku. Dia menendang nendang sofa dan membuatnya ber irama.

"Dan bisa kan lo diem? Ganggu." Lanjutku sambil melanjutkan acara ketik mengetik di iMac ku ini.

"Lo bisa kan, pergi jenguk Vian dari pada lo kayak gini terus."

Ain't It Love, Boss?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang