Chapter 4 / Secret Admirer

243K 10.6K 234
                                    

Chapter 4 / Secret Admirer

-Bian's POV-

Kata katanya benar benar melukai hatiku. Bahkan lebih parah daripada ditancapkan belati tepat di dada. Rasanya sesak dan sakit. Sungguh, kalau waktu bisa diputar aku akan memperbaiki semua kelakuan bajingan ku kepadanya. Walau harus membayar semahal apapun. Aku rela. Tapi semua penyesalan selalu datang diakhir, bukan?

"Kalau begitu, aku pulang. Aku akan menelpon taxi." Ditengah kecanggungan, Vian berbicara.

"Oh tidak. Aku akan nganterin kamu. Badanku udah fit lagi kok." Ucapku sambil menghentak hentakan tangan, tanda aku sudah fit.

"Gak usah. Aku udah biasa pulang malam sendiri. Gak perlu repot repot." Sanggah Vian.

"Gimana kalau aku yang maksa?" Ucapku sambil tersenyum hangat.

*****

-Reader's Side-

Keadaan dimobil sangat hening. Bahkan tidak ada satupun suara yang mereka keluarkan.

"Udah sampe. Makasih buat tumpangannya." Vian berkata datar.

"Eh itu.."

"Ada apa?" Tanya Vian.

"O- oh nggak. Hehe. Ya, sama sama, good night, pumpkin." Ucap Bian sambil memandang Vian dalam. Vian bisa melihat luapan cinta dimata Bian. Tapi lagi lagi Vian ragu, dia tidak ingin mengulang masa masa SMAnya dulu. Masa yang menurutnya menyakitkan. Masa yang membuatnya semlat trauma karna cinta.

Bian memperhatikan Vian sampai dia masuk rumah, Bian hanya ingin memastikan keadaan Vian. Entah kenapa, tiba tiba ingatan masa lalunya datang.

-flash back on-

Bian sedang berkumpul dengan teman temannya. Seperti biasa, teman temannya menjadikan Bian bahan lelucon karna seumur hidupnya, Bian belum pernah pacar. Bukan, bukan karna dia tidak laku. Bahkan hanya dengan menghentikan jari, semua perempuan akan langsung antri untuk menjadi kekasihnya.

"Jangan jangan lo homo? Hahahahaha." Seru teman temanki sambil tertawa.

"Ya kagak lah gila! Gini gini gue sukanya sama cewek. Yang cantik sama monse. Montok sekali. Haha." Ucap Bian sambil terkekeh pelan.

"Halah lo. Gini aja, kalau misalnya ada cewe masuk pintu itu, yang pertama masuk, mau gak mau harus lo pacarin. Gimana?" Tantang Gian. Teman teman ku memang tahu, kalau aku adalah tipe orang yang kalau ditantang, pasti akan meladeninya. Walau itu tantangan gila sekalipun.

"Oke! Liat aja ya! Tapi, jangan salahin gue kalau gue akan selalu bikin cewek ini, nangis." Bian berkata sambil tersenyum kejam. Bian tidak tahu. Kalau tantangan ini adalah salah satu hal yang akan mengubah hidupnya. Hal yang membuat dia menyesal sampai sekarang.

-flash back off-

Arghhhh kenapa aku harus mengingat masa masa itu? Walau bagaimanapun, semua itu tak bisa diubah. Bahkan kadang dia sadar, tanpa tantangan konyol itu, dia tidak akan bisa merasakan luapan cinta kepada Vian. Bian hanya perlu membayar perbuatannya dimasa lalu, tanpa perlu menyesal dikemudian hari.

*****

Sudah 2 minggu, tepatnya sejak kejadian Bar itu. Vian selama ini selalu menjaga jarak dengan Bian. Setiap ada Bian, Vian selalu pura pura sibuk atau pura pura ke toilet, semua alasan sudah dia gunakan demi menjaga jarak dengan Bian.

Bian hanya bisa memerhatikan Vian dari jauh. Hal ini dia lakukan supaya Vian tidak menghindarinya. Tapi sungguh, hal ini tidak mudah dia jalani. Terlebih ada si sialan Adrian yang selalu berada dimanapun Vian berada. Laki laki sialan itu bagai lintah, selalu menempel kemanapun Vian berada. Malah, dikantornya sudah menyebar berbagai berita kalau Vian dan Adrian mempunyai hubungan khusus, tentu hal ini malah makin membuat Bian ketar ketir.

Ain't It Love, Boss?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang