Chapter 5 / Langkah Awal

213K 9.3K 182
                                    

Chapter 5 / Langkah Awal

-Vian's POV-

Bangun tidur dengan nyeri disekujur tubuh itu sangat tidak enak, oke? Apalagi dengan mata panda dan iler yang sudah merambah disemua sudut kasur.

Tadi malam, aku benar benar tidak bisa tidur, yap, karna memikiran perkataan Bian. Apa aku keterlaluan? Ku rasa tidak. Kalian harus membayangkan ada diposisiku, jadi kalian pasti mengerti.

Dengan malas, aku berjalan keruang makan. Disana sudah ada ayah, bunda, dan Radit kakak ku. Tapi tunggu! Ada seseorang disebelah Radit.

"Hai Vi, kamu kok lemes banget sih? Pasti begadang lagi deh. Kan udah bunda bilang, jangan begadang. Itu gak baik buat kesehatan kamu, oke?" Mama selalu seperti ini, tiada hari tanpa mengomel.

"Banyak tugas, bun." Ucapku singkat sambil melihat pria disebelah Radit. Mau apa dia datang kemari? "Kamu ngapain kesini? Gangguin orang lagi sarapan aja. Tamu gak tau waktu, ini masih pagi." Aku terus menatapnya tajam.

"Kamu jangan gitu dong sama Bian! Walau gimanapun dia udah capek capek datang kesini, cuma buat berangkat kerja bareng kamu. Bunda gak pernah deh perasaan, ngedidik kamu jadi orang yang gak tau apa arti pengorbanan." Ucap bunda galak. Huh bunda tidak tahu saja, bagaimana perjuanganku dulu. Harusnya bunda berkata seperti itu ke Bian. Bukan aku!

"Gak papa kok, bun. Bian maklum sama sikap Vian yang kayak gitu." Ucap Bian sambil tersenyum kearah bunda. CARI PERHATIAN SEKALI, ORANG INI!

"Bagus dong, kalau maklum. Kamu jadi bisa ngaca diri kamu itu siapa aku." Ya, kalimatku tadi memang menusuk. Tapi memang harus seperti ini kan?

"VIAN!" Seru ayah sambil menatapku tajam. "Sekarang makan sarapanmu, lalu cepat berangkat kerja, kasihan Bian sudah menunggu kamu dari tadi." Hah? Sekarang ayah juga berada dikubu Bian? Dia memakai guna guna apa heh?

Akhirnya kami memakan sarapan kami dalam diam. Radit beberapa kali berceloteh hanya untuk mencairkan suasana. Tapi sungguh, aku sedang tidak dalam mood ku untuk bercanda. Ngomong ngomong, Radit adalah satu satunya saudara laki laki yang aku punya, dia adalah kakak ku. Dia seorang dokter bedah di salah satu rumah sakit terkenal dikota ini. Tinggi? Pintar? Mancung? Ramah? Tampan? Semua predikat itu sudah pasti ada ditangan Radit. Tapi sayang, dia satu spesies dengan Bian. Sama sama menyebalkan dan menganggu. Tapi setidaknya aku sayang dia.

"Udah ya bun, yah. Aku berangkat dulu." Ucapku sambil mencium tangan kedua orang tuaku.

*****

"Eh ehhhh, turunin aku disini!" Seru Vian dengan tajam.

"Ada apa? Kenapa harus diturunin disini, sih? Kenapa gak dilobby aja? Susah deh jadi kamu." Balas Bian sambil terus mengemudi masuk ke lobby kantor.

"Hei! Kenapa kamu batu banget sih!" Vian malah berteriak teriak marah.

"Udahlah, turun gih! Udah sampe, juga. Oh atau kamu mau aku bukain pintunya? Oke deh." Ucap Bian sambil mengedipkan matanya kearah Vian. Bian langsung saja keluar dari mobil dan berjalan kearah pintu Vian. Tapi sebelum hal itu terjadi, Vian langsung kabur ke kantor. Bian yang melihat kejadian itu langsung tertawa terbahak bahak. 'Haha, kamu gak pernah berubah ya, Vi.' Pikir Bian sambil tersenyum.

Dilain tempat, Vian sedang berlari terbirit birit. Bahkan hal ini jauh lebih menakutkan dari saat dimana dia terlambat ke kantor. Bayangkan saja, bagaimana kalau satu kantor menggosipkanku dengan Bian? Walau bagaimanapun, dia adalah Kepala Direktur di perusahaan ini. Banyak orang juga mengatakan kalau Bian bukanlah tipe orang ramah kepada karyawan. Hanya beberapa kali saja dia tersenyum kepada karyawannya. Dan jangan lupakan bu Rossalyn! Dia akan mencincang seluruh tubuhku dengan semua pisau didunia ini. Pernahkah aku bilang kepada kalian bahwa bu Rossalyn sangat nekat? Dia bahkan tidak segan segan melakukan perbuatan fisik terhadap 'mangsanya' dan tidak ada yang berani buka mulut sehingga para atasan tidak tahu tentang hal itu. Karna siapapun kalian, tidak akan selamat kalau kalian melaporkan tindakan kurang ajar nya itu.

Ain't It Love, Boss?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang