"Kak, aku boleh main basket tidak?" Tanya seorang remaja yang umurnya lebih muda 2 tahun daripada kakaknya.
"Bukannya kakak sudah pernah jawab pertanyaan ini?" Sang kakak bukannya menjawab pertanyaan adiknya, ia malah melontarkan pertanyaan.
"Sudah, kak."
"Terus, kenapa kamu nanya lagi?"
"Eung... Ya, mungkin saja kakak berubah pikiran."
Sang kakak menghela napas sejenak, dan menatap sang adik dengan tatapan tajam, "kakak tidak berubah pikiran, dan tidak akan pernah berubah."
Remaja yang lebih muda terlihat menunduk lesu. Gagal lagi usahanya untuk mendapatkan izin bermain bola basket.
"Ini semua demi kebaikan kamu juga, dik. Kalau penyakitmu kambuh, gimana? Kakak tidak mau kehilangan kamu. Kakak sudah kehilangan banyak orang, jangan sampai kakak kehilangan orang terakhir yang kakak sayangi di dunia ini," jelas sang kakak panjang lebar. "Kamu mengerti, kan, Lix?"
Remaja yang bernama Lee Felix itu mengangkat kepalanya, dan mengangguk pelan. "Felix mengerti, kak Minho," jawabnya.
Remaja yang bernama Lee Minho itu menjulurkan tangan kanannya, dan mengacak rambut adiknya sejenak, dan akhirnya kembali fokus mengerjakan tugas tugas kuliahnya yang menggunung.
"Kak," panggil Felix.
"Ada apa lagi?"
"Kalau Felix main ke taman boleh?" tanya Felix sambil memelas, memasang wajah imut, supaya diizinkan.
Minho memalingkan wajahnya sejenak, dan mengangguk pelan. "Jangan lari lari, ya," pesannya.
"Siap, kak!" Felix meletakkan tangan kanannya di depan kepala, memberi hormat kepada kakaknya, lalu berjalan cepat menuju pintu rumah.
Minho tersenyum tipis melihat tingkah laku adiknya yang terlewat lucu itu, dan menggelengkan kepalanya pelan.
~Dream~
Felix menatap bola basket yang kakaknya letakkan di atas pohon yang berada di depan rumahnya. Itu adalah bola basket miliknya. Memang sengaja kakaknya letakkan disana, agar Felix tidak mengambilnya dan menggunakannya.
"Ambil atau tidak, ya?" Tanya Felix bermonolog.
"Ambil aja deh." Felix berjalan menuju pohon tersebut, dan berusaha memanjatnya, namun tak berhasil. Pohon tersebut terlalu licin untuk dipanjat.
Remaja berwajah imut itu cemberut kecil sambil menatap bola berwarna oranye buluk yang masih senantiasa menggantung disana.
Akhirnya, Felix memutuskan untuk pergi ke taman tanpa membawa bola basket kesayangannya itu.
Dan sialnya lagi, hujan malah turun di saat Felix baru sampai di depan pintu gerbang taman. Alhasil, remaja itu berlari lari mencari tempat untuk berteduh.
Remaja itu berhasil menemukan tempat berteduh yang cukup luas untuk ia gunakan.
Dug
Dug
Dug
Terdengar suara bola basket menggema di tempat tersebut. Felix segera mencari sumber asal suara tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream [Jilix ft. Minbin] ✔
Fanfiction"Kak, aku boleh gak main basket?" "Lix, udah berapa kali kakak bilang, jangan bertanya tentang hal itu. Kakak gak mau kamu kenapa napa." Hanya secuil kisah Lee Felix yang ingin bermain basket, tetapi selalu dilarang sama kakaknya, Lee Minho. Di sa...