Changbin yang kebetulan ikut jadi supporter tim basket SOPA, langsung turun tangan untuk mengantar Jisung ke rumah sakit. Dia juga sudah menelpon Minho untuk menggantikan posisinya sebagai supporter SOPA.
Minho sebenarnya ada jadwal sidang untuk menentukan kelulusannya. Tapi karena Changbin tiba tiba menelponnya memberitahukan keadaan Jisung yang jauh dari kata baik baik saja, dan rencana turunnya Felix menggantikan Jisung, Minho langsung melesat ke gor yang dimaksud Changbin. Urusan sidang itu nomor dua, sedangkan adik adiknya itu yang nomor satu.
Minho mah bodo amat sama kelulusannya yang mungkin ditunda sementara waktu. Yang penting sekarang ini adalah Felix dan Jisung baik baik saja.
Jarak antara kampus Minho dan gor basket bisa dibilang cukup jauh. Butuh waktu sekitar 30 menit - 45 menit untuk sampai ke sana dengan mengendarai mobil. Tapi karena ini keadaan darurat, Minho berhasil sampai di gor dengan waktu 15 menit. Cukup cepat, bukan? Bahkan Minho menerobos lampu merah begitu saja. Untung tidak terjadi kecelakaan.
Sesampainya di gor, Minho tak menemukan keberadaan Changbin dan Jisung. Ternyata, setelah ia bertanya kepada Pak Jaehwan, Jisung sudah dilarikan ke rumah sakit didampingi oleh Changbin.
Kini, Minho duduk di samping Felix yang sedang termenung, memikirkan nasib sang kakak angkat yang berada di ambang kematian.
"Tenang, Lix... Jisung pasti akan baik baik saja," ucap Minho menenangkan Felix yang uring uringan sendiri.
"Baik baik saja kata kakak? Jisung di ambang kematian, kak! Dia bahkan masuk ke ICU. Dan lebih parahnya, dia juga membutuhkan donor paru paru secepatnya!" amuk Felix.
Minho hanya diam, membiarkan Felix mengeluarkan segala unek unek yang bersarang di dalam hatinya.
Felix terduduk lemas di kursi pemain cadangan, dan melipat kedua tangannya, menundukkan kepalanya. Felix menangis dalam diam.
Hati Minho terasa sakit saat melihat sang adik menangis tersedu sedu di hadapannya. Dia juga merasa sakit saat tahu Jisung akan sulit ditolong jika tidak segera menemukan pendonor. Sedangkan... Pendonor paru paru itu sangat susah untuk dicari. Biaya operasinya juga akan sangat mahal, mengingat kerumitannya yang tingkat dewa. Dan satu lagi... Operasinya juga belum tentu bisa menyelamatkan nyawa Jisung. Minho semakin bingung. Ia ingin menangis, tapi masa menangis di hadapan sang adik?
"Kita berdoa saja yang terbaik untuk Jisung ya, Lix...," ucap Minho, dan langsung dituruti oleh Felix.
"Felix, apakah kamu sudah siap? Pertandingan akan dilanjutkan beberapa menit lagi," tanya Pak Jaehwan kepada Felix.
Felix menatap kakaknya penuh harap. Minho hanya mengangguk pelan, dan mengusap punggung tangan Felix untuk memberinya kekuatan.
"Saya siap, Pak!" jawab Felix percaya diri.
Pak Jaehwan mengangguk, dan memberitahu wasit.
"Kamu pasti bisa, Lix," ucap Minho saat Felix turun ke lapangan.
Tak lama kemudian, pertandingan pun dilanjutkan dengan Felix menggantikan posisi Jisung sebagai guard.
Posisi yang lainnya pun ikut berubah. Seungmin yang tadinya jadi forward, kini mundur ke belakang jadi guard, menggantikan Jeno yang tadi keluar karena kakinya sempat keseleo. Posisi Seungmin yang dulu diambil alih oleh Jaemin. Sedangkan posisi Jeongin sebagai forward masih tetap. Begitu pula dengan posisi Hyunjin sebagai center.
Pertandingan quater ketiga pun sudah memasuki menit kelima. SOPA masih memimpin dengan skor 46 - 40. Namun tak dapat dipungkiri bahwa Hanlim masih bisa mengejar ketinggalan.
Hampir saja forward Hanlim mendapatkan skor, kalau saja forward tersebut tak terburu buru untuk men-shoot.
Bola basket pun rebound dan ditangkap dengan baik oleh Jaemin. Jaemin langsung mengopernya ke Hyunjin, dan Hyunjin mengopernya ke depan, yaitu ke Jeongin.
Jeongin langsung melakukan lay up dan memasukkan bola ke ring basket.
Tambahan poin untuk SOPA.
Bola kini berada di tangan Jaemin. Jaemin langsung mengoper ke arah Felix yang sudah memasuki area tiga angka. Dan untungnya, Felix menangkap baik bola hasil operan dari Jaemin. Tak butuh waktu lama, Felix langsung men-shoot, dan lagi lagi masuk ke dalam ring basket.
Poin untuk SOPA kembali bertambah.
Permainan pun terus berlanjut. Poin SOPA terus melesat layaknya busur panah, sedangkan poin Hanlim bertambah sedikit demi sedikit, namun tak berhasil menyaingi poin SOPA.
Memasuki quater keempat, stamina Felix semakin merosot. Kadang konsentrasinya hilang, dan berakhir bola yang ada di tangannya dicuri oleh tim lawan.
"Felix!" seru Hyunjin, mengoper bola ke Felix.
Felix berhasil menerimanya, walaupun dengan sedikit gelagapan, karena ia tidak fokus sama sekali.
"Lihat garis!" seru Seungmin, namun sudah terlanjur karena Felix sudah men-shoot bola tersebut.
Criing...
Felix menoleh ke belakang. Dan benar saja, dia tidak berada di area tiga angka. Area tiga angka berada tepat selangkah di belakangnya. Sangat disayangkan sekali.
"Ya... Sayang sekali. Padahal kamu tinggal mundur selangkah saja," ucap Seungmin. "Tapi tidak apa apa. Masih mending dapat skor, daripada tidak sama sekali."
Tak terasa, quater keempat sebentar lagi akan berakhir. Hanya tersisa 7 menit lagi.
Hanlim sempat hampir menyeimbangkan skor di pertengahan quater empat, tapi sia sia setelah Felix berhasil memasukkan 9 poin secara berturut turut.
SOPA terlihat begitu santai di menit menit akhir. Mereka terlihat hanya sekedar have fun di lapangan. Toh, Hanlim juga tidak mungkin mengejar skor mereka, jadi buat apa serius serius sekali.
Namun hal itu tak berlaku dengan Felix. Felix sama sekali tidak menikmati menit menit terakhir di quater empat. Mungkin karena efek kecapekan dan karena penyakitnya yang kambuh dadakan.
Penyakitnya sebenarnya sudah mulai kambuh di pertengahan quater, tapi masih dia tahan.
"Felix!!" seru Hyunjin mengoper bola ke sekian kalinya ke Felix.
Bola ditangkap dengan baik oleh Felix, dan langsung di-shoot ke ring.
Bola pun masuk ke ring basket tanpa ada blocking dari tim lawan. Sepertinya tim Hanlim sudah pasrah dengan kekalahan mereka.
Dan saat itu juga, Felix ikut ambruk, membuat seisi lapangan, beserta,para supporter heboh bukan main.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream [Jilix ft. Minbin] ✔
Fanfiction"Kak, aku boleh gak main basket?" "Lix, udah berapa kali kakak bilang, jangan bertanya tentang hal itu. Kakak gak mau kamu kenapa napa." Hanya secuil kisah Lee Felix yang ingin bermain basket, tetapi selalu dilarang sama kakaknya, Lee Minho. Di sa...