18. Jisung?

449 51 3
                                    

(A/N): Ini wp lagi eror apa gimana, sih? Aku mau publish chapter ini kagak bisa bisa dari kemarin.

"Mau makan dimana?" tanya Changbin saat mereka berdua sudah masuk ke dalam Mall yang cukup besar.

"Terserah kakak aja, aku ngikut," jawab Felix.

"Kamu suka apa?" tanya Changbin lagi.

"Semuanya aku suka. Pasta, sup, junk food-"

"Oke oke. Kamu suka semuanya, kan? Kita ke McD aja," tanya Changbin, memotong ucapan Felix.

Felix mengangguk kecil. "Boleh juga tuh. Aku juga suka."

Dan itulah alasan mengapa keduanya terdampar di McD.

"Mau apa?" tanya Changbin untuk kesekian kalinya.

"Eung... Apa, ya? Aku bingung." Felix malah berbalik tanya, membuat Changbin gemas.

"Happy Kids Meal?"

Mata Felix langsung berbinar. "Boleh boleh."

Changbin terkekeh kecil, dan memesan pesanannya dan juga Felix.

"Dasar, anak kecil," komentar Changbin saat Felix selesai memilih mainan yang ia dapatkan.

Felix terlihat terlalu fokus memandangi mainan minion yang sedang memainkan gitar, bahkan ia tidak menggubris ledekan Changbin.

"Udah udah. Jangan ngeliatin si Minion mulu, nanti kamu naksir."

Tawa Felix langsung meledak. "Ada ada aja. Aku kalau suka sama orang, juga mikir mikir kali. Masa, mau sama minion?"

"Iya iya. Udah sekarang kita makan. Main sama minionnya nanti saja."

Changbin langsung menyeret Felix yang masih sempatnya protes, namun Changbin tak menggubris protesan Felix.

Kini, keduanya berada di salah satu bangku yang disediakan di lantai dua.

Memang, Felix yang meminta di lantai dua, dikarenakan keadaan lantai satu yang sedang crowded.

Kursi 15, alias kursi yang diduduki oleh keduanya, terdengar sangat berisik. Beberapa lelucon dan percakapan random terdengar dari sana.

Ya, alasannya sih jelas. Felix yang merupakan orang ter-rusuh di rumah, digabungkan dengan Changbin, orang yang banyak omong, sekaligus humoris.

"Kenapa tiba tiba ngajak aku jalan bareng?" tanya Felix di tengah tengah perbincangan tak berfaedah di antara mereka.

Changbin tersenyum tipis. "Ya, memangnya kenapa? Tidak boleh?"

Felix langsung merengut. "Bukan begitu. Orang pasti ngajak orang lain makan karena ada maunya."

Changbin mengunyah makanan yang ada dimulutnya terlebih dahulu sebelum berbicara.

"Sebenarnya, tujuan aku ngajak kamu ke sini ada 2," jelasnya.

Felix mengernyitkan keningnya. "Ada dua?"

"Iya. Ada dua."

"Apa saja?"

Changbin tak langsung menjawab, dia malah merogoh saku jaketnya, dan mengeluarkan setangkai bunga mawar yang indah.

"Eung... Felix.. Aku bukan orang yang romantis seperti orang lain,"

"Jadi... Kamu mau jadi pacarku?"

Felix terdiam sejenak, tidak menyangka bahwa akan diberi pertanyaan seperti ini. Dia sama sekali belum siap.

"Eung... Bagaimana ya? Aku bingung," tanyanya polos, membuat Changbin tertawa.

"Kalau mau dipikirkan dulu, tidak apa apa. Aku bisa nunggu. Tapi kalau mau nolak, juga gak apa apa."

"Eh.. Jangan deh. Nanti aku malah PHP."

Changbin kembali tertawa.

"Jadi gimana?" tanya Changbin lagi.

"Iya," jawab Felix singkat.

Felix tersenyum, begitu pula Changbin.

Ini kah rasanya berpacaran untuk pertama kalinya?

"Jadi.. Udah official nih?" tanya Changbin, dan langsung disambut tawa kecil dari Felix.

"Menurutmu?" Seperti biasa, Felix malah berbalik tanya.

Changbin ikut ikutan terkekeh, dan kembali melahap burger pesanannya yang belum habis sepenuhnya.

Felix pun sama. Dia juga kembali melahap kentang goreng yang telah ia celupkan di McFlurry.

Changbin hampir saja tersedak, karena ulah Felix yang mencampurkan segala macam makanan ke dalam McFlurry.

"Memangnya enak?" tanya Changbin.

"Wah.. Enak!" jawab Felix sambil kembali mencelupkan kentang goreng ke dalam McFlurry. "Mau?" tawarnya.

"Gak nolak."

Felix tersenyum, dan memberikan kentang goreng hasil percobannya kepada Changbin. Changbin langsung melahap kentang goreng aneh itu, dan reaksinya...

"Enak! Bagi lagi dong," pintanya.

Felix langsung memasukkan sebungkus kentang goreng ke dalam McFlurry miliknya, dan menyerahkan cup tersebut kepada Changbin.

"Biar sekalian," ucapnya saat ditanya oleh Changbin.

"Kak."

"Iya?"

"Alasan kedua, karena apa?" tanya Felix.

Changbin mengerutkan keningnya sesaat, kemudian mengangguk paham.

"Aku mau ngasih tahu tentang... Penyakit Jisung."

Hening...

Satu...

Dua...

Tiga..

"Jadi... Jisung punya penyakit?" tanya Felix tak percaya.

Changbin mengangguk lesu. "Bukan hanya penyakit biasa, tapi penyakit mematikan."

Felix semakin terenyak.

Saudaranya... Terkena penyakit mematikan? Sejak kapan? Kenapa dia tidak tahu?

"Kanker paru paru."

Felix hampir saja pingsan di tempat.

Jisung? Anak yang paling rusuh kedua di rumah? Teman sekaligus saudara, tempat dimana dia selalu curhat? Ternyata... Selama ini terkena penyakit mematikan?

"Sejak kapan?" tanya Felix setelah berhasil menenangkan diri.

"Sudah cukup lama," jawab Changbin.

"Stadium berapa?"

"Eung... Tiga menuju empat..."

Felix semakin lemas. Kenyataan itu terlalu menusuknya.

"Sebenarnya... Penyakitnya itu sudah sempat sembuh selama beberapa bulan, tapi ternyata setelah itu... Malah semakin ganas," jelas Changbin, membuat Felix sadar tentang kejadian dimana Jisung menangis di bawah meja kemarin malam.

Jadi itulah rahasia dia yang sebenarnya?

Felix jujur aja merasa tidak berguna menjadi saudara kembar Jisung. Untuk apa dia selalu ada di sisi Jisung, kalau Jisung tidak mempercayainya, dan lebih memilih untuk memendam masalah tentang penyakitnya sendirian?

Dream [Jilix ft. Minbin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang